Sorry i say, GoodBye!
If they cannot understand the wildness inside you, they will try to tame it and cage it. Find someone who appreciates the beauty of wild things like you.
Nikita Gill, “Your Wildness” (via wordsnquotes)
Judul di atas saya ambil dari sebuah tulisan yang menggelitik menurut saya. tulisan yg terpampang jelas di dalam kampus saya, di kampus kedua, Unsoed. Tulisan yg tampak jelas jika kita jeli melihatnya di pertigaan di sebuah jalan di dalam kampus yang bernama jalan perjuangan, jalan yang sudah tidak lagi terlihat geliat perjuanganya. Tulisan yg bernada kritik terhadap intitusi tempat saya belajar itu dibuat oleh salah satu corong pengkritik kebijakan kampus, merekalah LPM Solidaritas. Mereka mengkritik kampusnya berbiaya mahal dengan fasilitas yang biasa saja. Mengkritik para mahasiswa barunya yg kebanyakan memilih Unsoed sebagai pilihan kedua, kampus kelas dua dengan anggapan Unsoed sebagai kampus berbiaya murah. Untuk sebuah kampus idaman memang menurut saya kampus ini berbiaya mahal dengan fasilitas yang minim dan pengajar yg kurang begitu bergairah. Namun, bagi mereka yg memilih Unsoed sebagai pilihan kedua anggapan mereka mungkin Unsoed kampus yg murah untuk sekedar transit sambil menunggu tahun depan kembali mencoba mendaftar kampus impian mereka. Sedikit tafsiran saya untuk tulisan tersebut walaupun pada akhirnya tidak lagi terpampang untuk alasan tertentu. Sambutan yg mengangumkan untuk sebuah awal perkuliahan.
I wish, i could be a picture, with beautiful lady and lovely son. -Inframe : Frits van Heuten and Ita.
Bip bip bip~
Selera ternyata sebuah konstruksi kata Bourdieu. Selanjutnya mungkin akan aku tulis dalam blog pribadiku, lewat teori Habitus nya.
Baru awal-awal ramadan. Ada satu hal ygmasih membuat hari ini seperti suasana ramadan seharusnya adalah ketika mendengar kata mudik. Tiap kali melihat foto ini rasanya ingin bernostalgia saja dengan kenangan mudik dulu waktu sd. Memang mudik yg tak begitu jauh hanya sekitar 40km ke selatan kota tempatku tinggali. Namun nuansanya yg asri waktu itu, modernisme yg juga tidak segila sekarang dan jalanan rusak khas daerah-daerah cilacap sangat berbenak dihati. Entahlah jika lewat jalan2 yg dulu aku lalui ketika mudik, rasanya seperti tersihir membuka memori-memori waktu kecilku dulu bertemu nenek, keceriaan, keramahan, jauh dari bising dan lingkungan yang masih alami, kultur jawa yang hangat dll. Lalu sekarang? Tempat itu tak ubahnya dirumah, jauh dari asri dan biasa saja, entahlah mungkin berkat teknologi. Ya, mungkin lebaran kali ini aku siap mudik kerumah neneku walupun dia sudah lama pergi tapi masih ada sodara-sodaraku yg selalu menyambut dengan hangatnya, sehangat suasana di foto ini. Foto: Kroya, belum lama ini Mei 2017.
We remember so that we do not repeat. IRA - West Belfast, 1987
via reddit