Rasa yang membuncah ini harus aku mintai pertanggungjawaban pada siapa? Ini bukan rasa tentang apa yang banyak menjadi perbincangan kebanyakan manusia pada usiaku. Ini rasa tentang yang tak aku tahu apa namanya. Rasa yang tak tahu bagaimana aku harus menghadapinya, terlebih melepaskannya. Kenapa melepaskan? Karena sungguh ini bukan rasa permen cups a cup atau es krim hula-hula yang sering dicecap. Ini tentang rasa yang sama sekali tanpa deskripsi. Setidaknya aku yang belum pernah merasakan buncah ini sehingga tak mau sok tahu mengartikannya. Kalau boleh, aku cuma ingin bagaimana rasa ini bisa lepas. Iya, lepas. Lepas dan tak pernah datang lagi. Atau datang di saat aku sudah mampu memahami dengan proses yang entah bagaimana di depan nanti. Biarkan rasa ini lepas dan tetap menjadi tanya yang ditunda jawabnya.
Jika engkau ingin berbahagia, lebih mendengarlah, kurangilah bicara, senyumlah selalu, seringlah tertawa, mencintalah dengan setia, lambatlah untuk marah, cepatlah memaafkan, dan bersyukurlah atas yang telah kau miliki.
Mario Teguh (via marioteguh)
this :)
Walaupun sudah kubilang ingin melupakan, tapi salah tidak sih kalau terkadang waktu masih ingin mengulang mengenang? Sama halnya seperti Saverus Snape, ‘after all this time?’ he said ‘always’ but i wanna say 'still.’
nauraini
Simply life :') Mari melamun! :D at Bogor – View on Path.
satu-satunya kepastian dalam dunia ini adalah ketidakpastian~ Albert Eistein
Sore pukul segini, kemarin, aku sedang berada di Kedai Makanan cepat saji dan terkantuk-kantuk. Setelah mendengar cerita pribadi dari seorang sahabat baru. Banyak yang kupelajari juga, bahwa saat usia semakin dewasa makan pemikiran objektif itu akan semakin berkembang. Kendati tidak nyaman pada suatu kondisi, tetap tidak boleh pernah mengeluh dan hidup harus tetap berjalan. Dan saya bangga untuknya yang sedang berjuang untuk kestabilan hidupnya. Sore pukul segini, dia sedang resah memainkan ponsel dan berbalas pesan dengan klien yang berpotensial mengacaukan pekerjaannya. Dan pada akhirnya diiringi hujan lebat di Bogor, aku dan dia larut dalam kekesalan pada sang klien itu. Wajah frustrasi karena persiapan kegiatan sesuai permintaan klien itu sudah siap dieksekusi esok harinya, dia malah membatalkan sepihak dengan alasan yang sungguh tidak bisa diterima. Akhirnya karena saya sedikit khawatir karena waktu semakin malam akhirnya saya mengajak untuk pulang. Sebelum pulang, kami mampir ke rumah Manajer teman saya ini untuk menyelesaikan masalah tersebut sekaligus ada urusan pinjam meminjam barang. Di sana, ponsel teman saya diambil alih oleh sang Manajer dan akhirnya beliaulah yang menulis panjang lebar berisi penjelasan serta konfrontasi sikap tidak profesional klien tersebut. Sampai pada akhirnya klien tersebut menelepon! Lalu perdebatan sengit Sang Manajer dengan sang klien tidak terhindarkan. Dan yang saya kagumi dari Sang Manajer adalah ketegasannya saat melakukan negosiasi. Sempat berjalan alot karena sang klien tidak mau mengganti biaya operasional yang sudah digunakan untuk persiapan acara. Padahal pengajuan dana tersebut sudah masuk ke institusi dan kerugian mereka yang sebenarnya jauh lebih besar dari nominal tersebut. Bermain dengan irama, ketegasan tersebut sangat terpancar. Nada-nada yang tegas dan diusahakan stabil serta tidak terpancing amarah ditunjukkan oleh Sang Manajer. Sampai sekitar sepuluh menit berselang, perdebatan masih belum usai. Memainkan kartu mati! Sampai pada puncaknya karena tidak mencapai kata sepakat dari sang klien yang sungguh tak mau rugi dan banyak alasan akhirnya Sang Manajer memainkan kartu mati! Ada satu pernyataan yang pernah disampaikan oleh Sang Manajer tempo lalu yang tidak bisa dibantah oleh sang klien. Aha! Dan akhirnya kesepakatan terjadi dengan sang klien mau mengganti rugi biaya operasional. Pembicaraan berlanjut, sampai pada temanku yang diberi teguran karena terlambat mengirimkan surat penawaran sampai bisa dijadikan senjata untuk melawan dari sang klien. Ini pasti akan menjadi pelajaran berharga juga untuknya. Akhirnya sampai pada waktu aku mengantarnya pulang ke kos, dia bercerita bahwa dia kurang setuju dengan sikap Sang Manajer yang beberapa kali melemparkan klien yang banyak permintaan kepadanya. Dan ternyata dulu pernah ada kejadian yang sama walaupun tidak sampai pembatalan kerjasama. Dan saranku untuknya satu-satunya ya dia harus menyampaikan hal tersebut. Karena mau tidak mau mereka adalah tim yang harus saling bekerjasama terlebih menjadi nama institusi tetap baik. Alasannya adalah karena dia adalah orang yang tidak tegaan untuk menyampaikan kritik. Ini adalah masalah klasik yang biasanya dialami oleh junior. Karakter yang dimiliki oleh individu juga mempengaruhi sikap yang akan diambilnya saat menghadapi masalah. Tapi dalam ranah profesionalisme, kita seharusnya bisa lebih berani untuk menyampaikan pendapat atau masalah yang sama akan terus terulang. Karena terkadang konflik memang mendewasakan bagi mereka yang belajar.
Ada satu kalimat bijak yang selalu saya percaya, bahwa apa yang membuat ‘kita beberapa tahun ke depan’ berbeda dengan ‘kita hari ini’ ada dua: orang-orang yang kita temui dan buku-buku yang kita baca. Itu pula yang ingin saya bagikan lewat tulisan ini, terutama pada poin ‘buku yang kita baca’.
Beberapa waktu lalu saya bersama sahabat sekaligus……
Buku dan buku selalu buku :)
Kau yang lama-lama menjadi banal dan tak elok adalah masa-masa canggung yang tak mampu kau lewati dengan gemilang. Nun jauh merasa bisa kau kayuh dengan pemahaman rata-rata anak manusia naif. Totalitaslah, kalau mau baik banyak jalannya.
Nau
All the crazy things you do keep running trough my mind I wish i could control the way i feel I’ve been overthingking this for too many nights I never thought the love would be so real
There’s something in your eyes that i believe And every time you smile it makes it hard to breathe There’s something ‘bout your loving that’s enchanthing me It’s written in the stars that we will always be
And I can’t get over you And I can’t get over you And I can’t get over you And I can’t get over you
¤
Not wanna say this is too relate. I just curious about how to find the way out the frickin annoying mind. There's four rows after the crous that i don't write. I feel that bit bullshit and won't be relate at all (Oh... let's just say i forgot). In spite of that, I really enjoy the vibe of this song. Majestic Casual ftw!
Aku sedang tak bisa mencintai. Bahkan sekedar menyukai. Buat apa itu semua bila nafsu yang terkungkung dan terjerat. Fana-fana yang memvisualisasikan segala yang ingin kurengkuh. Tapi itu semua tak nyata. Angan melambung membuatku semakin terlihat bodoh. Menerima kemana takdir ini membawa ternyata sungguh berat. Mengurangi nikmat waktu dengan segala upaya pelarian makin membuat aku seperti bukan manusia yang hidup. Sinergi-sinergi yang mampu mengalihkanku pun tak segera kujalankan. Segalanya terasa hambar. Ini bukan tentang bagaimana bentuk cinta. Ini hanya sebuah reka yang ingin dibangun untuk merasa. Tapi, punya kuasa apa atas keterpurukan ini? Sekali lagi aku hanya manusia yang menghamba.
Sesederhana ini rasa rindu yang membuncah atas nama "pertemanan". Segalanya menjadi semakin syahdu saat sesuatu bernama "jarak" menjadi penghalang yang manis untuk doa-doa yang menggema di langit. Siapa menyangka, ternyata memang beginilah anugerah Tuhan bernama "cinta" atas nama "persahabatan" - Beribu sujud :)
Human behavior flows from three main source : desire, emotion, and knowledge. The only true wisdom is in knowing you know nothing-
233 posts