Jangan lemah.
Jangan lengah.
Jangan kalah.
Perjuangkan
Ramadhan
Terbaikmu!
Ustadz Nuzul Dzikri, Lc. حفظه لله تعالى
hai kamu yg sudah mulai dewasa. hihi
ciee mulai paham kalau dimanapun kamu berada kamu bakal ketemu sama orang yg gak sefrekuensi atau cocok sama kamu.
semoga kamu lebih bijak ya
Jangan ngebandingin.
Kita punya garis start dan finish masing masing
katanya, keburukan jangan dibalas dengan keburukan juga tapi justru dengan kebaikan. dalam prakteknya: tetap bersikap baik saat orang lain juga bersikap baik memang hal yang mudah. namun, tetap bersikap baik saat orang lain bersikap rude atau kurang baik atau bahkan tidak baik sama sekali ke kita adalah tantangan yang melibatkan pergolakan batin luar biasa. bisa—tapi gak mudah. jujur.
setiap ada di posisi macem itu, saya selalu wondering tentang betapa agung dan mulianya akhlak Nabi Muhammad saw. yang tetap bersikap dan berbuat baik, berlemah lembut lagi penuh kasih sayang meskipun lawannya tidaklah bersikap demikian.
sebutlah kisah seorang yahudi yang suka meludahi Rasulullah namun beliau justru menjadi satu-satunya orang yang menjenguknya saat orang tersebut jatuh sakit. atau kisah seorang pengemis yahudi buta yang selalu nyinyir dan mengatakan hal yang tidak benar tentang Rasulullah namun tidak membuat beliau berhenti menyuapinya makan. juga kisah paman Nabi; Abu Lahab dan istrinya yang menghalalkan berbagai cara untuk menghalangi dakwah Rasulullah. atau juga paman Nabi yang lain yaitu Abu Jahal yang menyuruh seseorang untuk melemparkan kotoran unta pada saat Rasullullah mengerjakan shalat (pilu bener hati di bagian ini T.T).
dalam hati membatin, “Ya Allah, ini hatinya Rasulullah bersihnya kek macem manaaaa dan dadanya selapang apa cobaaa masih bisa sabar menghadapi sikap dan perlawanan macem gitu 😭 saya aja yang baca sirohnya aja nih istilahnya baca doang bawaannya kesel padahal gak ada di tkp dan menyaksikan kejadiannya tapi keselnya sampe ubun-ubun monangis. emang beda jauh dah maqamnya. atuhlah kamu emang belum dan bukan apa-apa fir🤧”
menariknya, kebaikan dan kelembutan Rasulullah yang tetap konsisten dan tidak berkurang sedikitpun itulah yang justru mampu meluluhkan (beberapa) hati diantara mereka. dan kalau dipikir-pikir, saya atau mungkin kita pun pernah merasa gitu; luluh ketika dibaikin, semakin ‘menjadi’ kalau dikerasin. pada titik itu saya paham kenapa keburukan harus dibalas dengan kebaikan sebab maslahat yang didatangkan jauh lebih besar ketimbang membalas dengan keburukan yang justru memungkinkan timbulnya keburukan yang lebih besar. iya, memang, ternyata kebaikan punya kekuatan sehebat itu.
semoga kita selalu bisa mengingat-ingat dan diingatkan kisah semacam ini ketika berada dalam posisi kayak gitu, ya? supaya bisa terus belajar melapangkan dada, meluaskan kapasitas sabar dan sesegera mungkin pick ourselves up buat mulai jalan lebih jauh lagi.
well, kita (manusia) emang makhluk yang lemah tapi kita gak boleh lupa caranya jadi kuat. yuk bisa yuk!
2020.9.29
Heal, so when somebody tries to love you – you let them.
i'm here, di dalam bus primajasa jurusan Bandung - bandara soekarno hatta. penerbanganku pada pukul 1 dini hari. Semoga aku tiba tepat waktu.
ada satu momen manis yg ingin kukenang pada hari. Teh Lia terlihat surprised dengan koper besarku. Kata Teh Lia, dia tidak pernah bepergian jauh, jadi dia tidak tau bagaimana rasanya berpergian dengan membawa koper.
"Duh, kamu mau mudik aja udah bikin sedih, gimana kalau kamu pindahan. Teteh bakal sedih banget"
aku terharu mendengar cuitan teh Lia yang terasa tulus sampai ke hati. Aku selalu percaya hati selalu berhubungan dengan hati. Jika tulus, langsung terasa aja gitu.
padahal beberapa hari yang lalu, sambil memaksakan diri untuk menikmati small walking menuju angkot, aku sudah merencanakannya. Aku pikir keputusanku sudah bulat untuk pindah ke kosan yang lebih dekat dengan tempat kerjaku. Walau telah berusaha untuk memikirkan dampak positif dari berjalan jauh dengan beban tas laptop di punggung hanya untuk meraih angkot, pada akhirnya aku tetap saja mengeluh. Kenapa makin hari tempat ngetem angkot tambah jauh? kenapa makin hari ngetemnya semakin tidak berperikemanusiaan? sibuk sekali aku membandingkan perilaku angkot bandung dengan yang ada di jakarta, bahkan dengan daerah asalku. hanya di kota Bandung aku merasakan kekesalan tingkat tinggi karena menunggu angkot ngetem. apalagi 20 menitku yang sebelumnya habis hanya untuk berjalan menuju angkot.
aku sudah menandai calon kosanku yang baru. Setelah lebaran apa aku bisa pindah?
tapi pemikiran itu musnah, manakala mengingat kebaikan-kebaikan dan ketulusan teh Lia. Bagiku teh Lia bukan hanya penjaga kosan pa Masri, beliau lebih dari keluarga di tanah rantau yang sepi nan sendu ini.
makasih teh Lia.
akhir-akhir ini aku sering banget komplen secara frontal ke mang gojek yang menurutku tidak memperlakukan costumer dengan baik.
ada yg pagi² helmnya masih basah, katanya bekas hujan semalem. masa iya helm basah dipakein untuk customer. aku posisi baru mau pergi jadi ogah pakai helm basah, apalagi dari semalem basahnya, kan rentan bau apek :(( kalau posisi aku udah mau pulang ke rumah mungkin gak akan aku permasalahin sampai minta ingin cancel.
"lain kali helm nya dikeringin dulu ya pak" gitu kataku, setelah bapaknya melas agar aku naik ke boncengannya. aku pergi tanpa mau pake helm. tapi di tengah jalan kita tukeran helm sih.
trus pernah kejadian bapak driver yg entah kenapa suka banget rem mendadak, beberapa kali aku perhatiin dia gak berusaha menghindar dari jalanan agak berlubang, aku diemin sih, tapi setelah dia dengan sengaja lewat jalanan yg berlubang agak gede, yg membuat motornya mendadak rem dan akunya keguncang, aku langsung komplen sih. padahal jalanan segede gaban tapi ngapain gak menghindari jalanan berlubang itu? aku gak habis pikir, apa sengaja ya agar badan aku jadi kepental ke depan nyentuh punggungnya? masalahnya gerak-geriknya sangat² mencurigakan. bapaknya alibi kalau dia gak merhatiin jalan karena ngikuti mobil di depan takut salah arah. secara logika ngapain ngikutin mobil yg di depannya? emang alamat tujuannya sama? bisa aja mobilnya lurus kita udah mau belok, kan aneh banget. kalau gak mau kesasar ya ikutin maps aja yg jelas² ngarahin ke alamat yg dituju.
capek dan jadi males banget dapat driver yg bapak bapak 🙂
Seorang ustadz pernah menyampaikan,
"Bagi saya, seorang aktivis dakwah yang pandai berbicara, manajemen dakwah, analisis SWOT, maupun ilmu-ilmu yang lain tapi berturut-turut subuhnya masih kesiangan, itu adalah aktivis karbitan."
Kalimat yang menohok. Betapa banyak hari ini mungkin diantara kita para aktivis dakwah yang ternyata masih demikian(?). Syuro dari pagi hingga petang, dari petang sampai malam, ataupun "agenda" dakwah lain yang menuntut sampai lembur menjelang fajar, tapi urusan yang lebih asas (baca : sholat subuh) justru ternomorduakan.
Anehnya ketika ditanya, atau bermuhasabah diri kenapa demikian selalu berlindung dengan jubah "demi dakwah". Padahal, bukankah jika memang yang diniatkan adalah untuk menyeru kepada Rabb-Nya, justru semakin merekat hubungannya kepada Rabb-Nya?
Atau mungkin ingin berlindung sebagai bentuk dari "produktivitas dakwah"? Padahal sejatinya produktivitas dakwah itu tidak diukur dari seberapa sibuk kita dengan dakwah, melainkan seberapa banyak dari aktivitas dakwah tersebut mampu meringankan beban dakwah. Jika dengan "lalainya" shubuh tadi menyebabkan hilangnya nilai kebarokahan dari dakwah itu sendiri, masihkah kita berani menyebut itu sebagai produktivitas dakwah?
Mari berbenah. Banyak diantara kita yang sebenarnya tahu bahwa satu perkara itu salah, tapi tidak mau jujur mengakui bahwa perkara itu salah, sehingga yang terjadi adalah penyangkalan yang berujung kepada ketidakmauan untuk berbenah. Ini adalah penyakit, penyakit yang tidak boleh dibiarkan terus menjangkit.
Kuncinya adalah berani jujur mengaku bahwa yang salah adalah salah, selanjutnya adalah kemauan untuk berbenah.
Real love for Allah means you are willing to make sacrifices to protect your faith regardless of what it is you have to give up. Love for Allah should always be greater than a temporary desire to sin
Hallo kak Dea, tau tempat kursus web design online atau offline di Surabaya yang bagus? Saya tertarik belajar web design otodidak tapi basic ilmunya 0 banget, terima kasih sebelumnya kak, stay safe and stay sane dimanapun kak Dea berada..m
Dicoding bagus sih. Online.
“The easiest way to increase happiness is to control your use of time” (Daniel Kahneman)
-
Kalau bahagia merupakan pilihan, akankah dengan sadar kita memilihnya?
Di “Fast Thinking, Slow Thinking”, Kahneman bercerita tentang riset untuk mengukur waktu tak menyenangkan yang dialami seseorang dalam kesehariannya lewat ukuran bernama “indeks U”.
Riset itu, dilakukan di banyak negara sehingga datanya bisa disandingkan.
Juga, dikaitkan dengan kegiatan yang dijalani seseorang. Misal, seberapa tak menyenangkan seseorang pergi ke tempat kerjanya, saat ia sedang bekerja atau ketika bertemu keluarga.
Kita sadar tentang rasa tak nyaman yang menggelayuti hati, tapi enggak terlalu banyak upaya signifikan untuk memulihkan keadaan tsb. Alhasil, ketidakbahagiaan tersebar dalam tiap satuan waktu aktivitas yang kita jalani.
Mau berbahagia, tapi kita enggak terbiasa mengelola waktu. Terus gimana?
Pertama - Kurangi Konten “Drakula”.
Karena perhatian kita adalah mata uang dalam ekonomi digital hari ini, cermatlah saat memliih konten untuk dikonsumsi. Kurangi konten digital yang membikin kita jadi kurang berdaya & produktif.
Salah satu modal penting di 2020 ini ialah energi mental yang terkelola baik untuk menghadapi ketidakpastian.
Kedua - Biasakan Sesi Monotasking.
Dari cerita tentang indeks U, disimpulkan bahwa perempuan Amerika lebih tidak menikmati waktu makannya ketimbang perempuan Perancis karena kebiasaan makan sambil mengerjakan hal lainnya.
Bahkan untuk makan aja, kita butuh kekhusyukan biar apa yang dikonsumsi juga jadi lebih…membahagiakan.
Ketiga - Ubah Cara Kita Bersantai.
Dari santai yang bersifat pasif, ke santai yang bersifat aktif. Dari nonton TV, ke olahraga ringan atau bersosialisasi. Dari hal yang memerlukan peran lebih sedikit ke kegiatan yang lebih “berkualitas”.
Sama-sama santai, bedanya ada pada porsi peran yang bisa kita berikan untuk membuatnya lebih mengisi.
Waktu merupakan sumber daya kebahagiaan yang masih bisa kita kelola.
Kebahagiaan enggak datang dengan sendiri melainkan bergantung pada upaya & pilihan yang kita buat selama hidup. Kalau bahagia merupakan pilihan, maka pilihlah hal-hal terbaik yang menjadi sebab dari kehadirannya :)
-
“The true secret of happiness lies in the taking a genuine interest in all the details of daily life.” (William Morris)