drinkwatersoon - Jarang Mampir

drinkwatersoon

Jarang Mampir

less is more

209 posts

Latest Posts by drinkwatersoon

drinkwatersoon
4 weeks ago

Bila perasaanmu begitu mendalam terhadap sesuatu hal, maka kembalikanlah hal itu kepada Allah biar dirimu tidak tenggelam dan bila pikiranmu terlalu jauh merenungkan suatu urusan, maka pulangkanlah urusan itu kepada Allah biar dirimu tidak tersesat.

Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepadaNyalah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia dan bertawakkallah kepadaNya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud: 123)

©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)

drinkwatersoon
1 month ago

Tanda Seseorang Sudah Selesai dengan Dirinya Sendiri (Self Acceptance)

Apa itu self acceptance/ selesai dengan diri sendiri? Self-acceptance, atau penerimaan diri, adalah sikap menerima dan mengakui segala aspek dari diri sendiri, termasuk kekurangan, kekuatan, kelemahan, dan keunikan tanpa menghakimi atau merasa perlu mengubah diri untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Beberapa poin yang menjelaskan konsep self-acceptance:

Menerima Diri Apa Adanya: Self-acceptance berarti menerima diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Ini termasuk menerima penampilan fisik, kepribadian, emosi, dan pengalaman hidup tanpa merasa malu atau bersalah.

Mengakui Kekurangan: Mengakui bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan itu adalah bagian dari menjadi manusia. Self-acceptance berarti tidak merasa minder atau rendah diri karena kekurangan tersebut, melainkan menerima dan berusaha memperbaikinya dengan bijak.

Tidak Menghakimi Diri Sendiri: Berhenti menghakimi diri sendiri secara negatif atau keras. Seseorang yang menerima diri sendiri akan berbicara kepada dirinya sendiri dengan cara yang penuh kasih dan pengertian, sama seperti berbicara kepada teman baik.

Menghargai Diri Sendiri: Menghargai diri sendiri atas siapa diri kita, bukan hanya atas apa yang kita capai. Ini berarti menghargai nilai-nilai, prinsip, dan keberadaan diri sendiri.

Menerima Masa Lalu: Self-acceptance juga melibatkan menerima masa lalu, termasuk kesalahan dan kegagalan, sebagai bagian dari perjalanan hidup yang membentuk siapa kita saat ini.

Memiliki Pandangan Positif Tentang Diri: Membangun pandangan positif tentang diri sendiri, di mana seseorang melihat dirinya secara seimbang, menghargai kekuatan dan berkomitmen untuk memperbaiki kelemahan.

Mengurangi Perbandingan Sosial: Tidak terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain. Self-acceptance berarti memahami bahwa setiap orang unik dan perjalanan hidup masing-masing berbeda.

Ketenangan Batin: Dengan menerima diri sendiri, seseorang akan merasa lebih tenang dan damai secara batin, karena tidak lagi berjuang melawan diri sendiri atau mencoba menjadi orang lain.

Self-acceptance adalah dasar dari kesehatan mental dan emosional yang baik. Dengan menerima diri sendiri, seseorang bisa hidup lebih autentik, menjalani hidup dengan lebih bahagia, dan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Tanda Seseorang Sudah Selesai Dengan Dirinya Sendiri Tanda seseorang sudah selesai dengan dirinya sendiri (self-acceptance) dapat terlihat dari berbagai aspek, antara lain:

Penerimaan Diri: Mereka menerima diri mereka sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihan tanpa merasa perlu menyembunyikan atau mengubah siapa mereka untuk menyenangkan orang lain. Meski begitu, tetap butuh untuk instropeksi dan mengembangkan diri bagi perbaikan dan kebaikan.

Ketenangan Batin: Mereka memiliki ketenangan batin dan tidak mudah terganggu oleh kritik atau pendapat negatif dari orang lain.

Mandiri Emosional: Mereka tidak bergantung pada orang lain untuk merasa bahagia atau berharga. Kebahagiaan dan rasa harga diri mereka berasal dari dalam diri.

Tujuan Hidup yang Jelas: Mereka memiliki tujuan hidup yang jelas dan bekerja menuju tujuan tersebut tanpa merasa tertekan oleh ekspektasi eksternal.

Keberanian Mengambil Keputusan: Mereka berani mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai dan keyakinan mereka, meskipun keputusan tersebut tidak populer atau didukung oleh orang lain.

Relasi yang Sehat: Mereka memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain, dimana mereka bisa memberi dan menerima dengan tulus tanpa merasa terbebani.

Kepercayaan Diri: Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan yakin akan kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan hidup.

Tidak Membandingkan Diri dengan Orang Lain: Mereka tidak merasa perlu membandingkan diri mereka dengan orang lain dan fokus pada perjalanan hidup mereka sendiri.

Kemampuan Menghadapi Kegagalan: Mereka melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar dan tumbuh, bukan sebagai cerminan dari nilai diri mereka.

Keseimbangan Hidup: Mereka mampu menjaga keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan waktu untuk diri sendiri, serta mengelola stres dengan baik.

Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda ini, bisa dikatakan bahwa mereka telah selesai dengan diri mereka sendiri dan mencapai tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup yang tinggi.

drinkwatersoon
1 month ago

Aku mulai ngerti, kenapa Rasulullah nggak over-reacting saat orang-orang yang menyebabkan traumanya terus menerus melakukan hal-hal yang men-trigger "alarm" emosi itu. Jawabannya, kata Ust. Nouman Ali Khan, adalah tahajjud.

Ada banyak emosi yang terus menerus diarahkan kepada Rasulullah. Makian, kemarahan, perendahan harga diri, pembunuhan orang tersayang, tuduhan tidak benar, pemboikotan satu kaum, penganiayaan verbal dan fisik, serta perilaku biadab lainnya, nggak mungkin hal-hal kaya gitu nggak meninggalkan bekas trauma.

Aku, kalau jadi Rasulullah, kayanya nggak tahan untuk tetap diam. Kita sama-sama tahu, Rasulullah juga manusia, punya hati dan emosi untuk merasakan. Tapi kenapa, hal-hal traumatis itu nggak jadi penyakit hati? Nggak jadi bikin pengen balas dendam?

Rasulullah rutin me-release semua rasa sedih, rasa nggak terima, rasa pengen membalas, dan kemarahan itu dengan tahajjud. Beliau juga rutin membersihkan dirinya dari penyakit hati dengan istighfar. Beliau mampu menahan diri dari ledakan emosionalnya. "Alarmnya" nggak sesenggol bacok itu sebab ditahan oleh pemahaman yang baik tentang Allah dan manusia, dan hatinya tidak sempit karena ucapan-ucapan manusia.

"Tahajjud itu ibadahnya da'i dan orang-orang shalih."

Kenapa? Shalih artinya lurus, konsisten. Benar pikirannya, benar ucapannya, benar tindakannya. Ketiganya selaras dan sinkron, dan da'i memang seharusnya begitu. Mereka tidak akan mengucapkan apa yang tidak mereka perbuat.

Dan itu dimulai dengan tahajjud, yakni ibadah yang dilakukan di saat sendiri. Saat kita memang hanya ingin dilihat oleh Allah saja. Kalau udah jujur kepada Allah, artinya akan punya integritas untuk kemudian jujur dalam tindakan-tindakan yang akan dilihat manusia, sehingga meskipun tindakannya dilihat manusia, mereka tidak melakukannya untuk mengesankan manusia.

Maka diam itu benar-benar emas ketika hati ingin menjelaskan berlebihan hanya untuk membersihkan nama baik kita. Ketika kita mungkin ingin mengeluarkan muntahan emosional yang justru kadang malah merugikan martabat kita. Hanya orang-orang yang bertahajjud yang mampu tetap menahan diri dan memelihara kehormatannya saat satu dunia menyalahpahami dan mendzoliminya.

Diamlah, biarkan kekuasaan Allah yang bicara untuk meluruskan pemikiran dan ucapan orang lain yang bengkok. Diamlah, yang terpenting adalah kedudukanmu di hadapan Allah, bukan di hadapan manusia. Diamlah, manusia tidak menginginkan penjelasan darimu, tetapi Allah senantiasa menginginkan perbaikan darimu. Manusia mencemarkan nama baikmu sedangkan Allah selalu menjaga aib-aibmu.

— Giza, kali ini tolong lanjutkan perjalanan sambil hanya ingin dilihat Allah

drinkwatersoon
2 months ago

Lagi down dan gabisa cerita ke siapa2

Oiya aku punya Tuhan Yang Maha Mendengar 🥹💦🤍

drinkwatersoon
3 months ago

Ringkasan dari kajian:

Mengejar Husnul Khatimah.

Oleh Al Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. حافظه الله

1. BERDO’A KEPADA ALLAH

Do’a Nabi Yusuf عليه السلام,

‎تَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ

Artinya: “Wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang-orang saleh.” (Yusuf/12: 101).

Do’a yang diucapkan oleh Rasulullah ﷺ,

‎اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الخَيْرَاتِ، وَتَرْكَ المُنْكَرَاتِ، وَحُبَّ المَسَاكِينِ، وَأَنْ تَغْفِرَ لِي وَتَرْحَمَنِي، وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةً فِي قَوْمٍ فَتَوَفَّنِي غَيْرَ مَفْتُونٍ، وَأَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu taufiq agar bisa mengamalkan semua kebaikan, meninggalkan semua kemungkaran dan bisa mencintai orang miskin. Jika Engkau menghendaki bagi hamba-hamba-Mu ujian (fitnah), maka wafatkanlah aku tanpa terkena fitnah itu, dan aku meminta kecintaan-Mu dan kecintaan orang-orang yang mencintai-Mu dan kecintaan kepada suatu amalan yang mendekatkanku kepada cinta-Mu.” (H.R. Riwayat Ahmad no. 22109 dan At-Tirmidzi no. 3235 dan disahihkan oleh Al-Albani dalam Sahih At-At-Tirmidzi 3/318).

‎وَأَعُوذُ بِكَ أَن يَتَخَبَّطَنِي الشَّيطَانُ عِندَ المَوتِ

“Aku berlindung kepada-Mu agar tidak disesatkan setan ketika kematian.” (HR. Ahmad 8667, Abu Daud 1554 dan dishahihkan al-Albani)

‎اللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ حُسْنَ الْخِتَام

“Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku kesudahan yang baik.” (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 7/138)

2. BERTAKWA KEPADA ALLAH

Takwa secara bahasa adalah penghalang; Engkau mengambil penghalang antara engkau dan Azab Allah. Sedangkan Takwa secara spesifik artinya meninggalkan kemaksiatan.

Allah ﷻ berfirman,

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (al-Maidah/2: 2)

Ibnul Mu’taz berkata: “Tinggalkanlah dosa, baik yang kecil maupun yang besar karena itulah arti taqwa dan berbuatlah seperti orang yang berjalan di atas tanah berduri. Sehingga ia berhati-hati tehadap apa yang ia lihat. Janganlah kamu meremehkan dosa kecil karena gunung itu berasal dari tumpukan kerikil kecil.” (Jami’ul Ulum Wal Hikam oleh Ibnu Rajab, I/402).

Jangan meremehkan dosa, sebagaimana firman Allah ﷻ,

‎يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (Ali 'Imran/3: 102)

Imam Ibnu Katsir رحمه الله menyebutkan suatu kaidah ketika menafsirkan firman Allah ﷻ,

‎وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali Imran: 102)

Beliau berkata,

‎حَافِظُوا عَلَى الْإِسْلَامِ فِي حَالِ صِحَّتِكُمْ وَسَلَامَتِكُمْ لِتَمُوتُوا عَلَيْهِ، فَإِنَّ الْكَرِيمَ قَدْ أَجْرَى عَادَتَهُ بِكَرَمِهِ أَنَّهُ مَنْ عَاشَ عَلَى شَيْءٍ مَاتَ عَلَيْهِ، وَمَنْ مَاتَ عَلَى شَيْءٍ بُعث عَلَيْهِ

“Jagalah Islam kalian dalam kondisi sehat dan keselamatan kalian agar kalian wafat dalam kondisi Islam. Sesungguhnya Allah yang Maha mulia telah menjalankan sunah-sunah-Nya / kebiasaan-Nya. Barang siapa yang hidup di atas sesuatu kebiasaannya, maka dia akan meninggal dunia di atas kebiasaannya tersebut. Dan barang siapa yang wafat dalam satu kondisi kebiasaan, maka dia akan dibangkitkan dalam kondisi tersebut.” (Tafsir Ibnu Katsir 2/87)

3. SERING MENGINGAT KEMATIAN

Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ ditanya oleh seorang dari kaum Anshar,

‎فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ؟ قَالَ: أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ

“Siapakah orang beriman yang paling cerdas?’ Beliau ﷺ bersabda, ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan orang yang paling baik persiapannya untuk bertemu dengan kematian, merekalah orang-orang yang cerdas’.” (HR. Ibnu Majah no. 4259 dan dihasankan oleh Al-Albani)

Kematian datang tidak mengenal tempat, tidak mengenal waktu, tidak mengenal sehat ataupun sakit. Contoh: Kisah Nabi Daud عليه السلام yang didatangi oleh malaikat maut dirumahnya,

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya Nabi Daud عليه السلام memiliki sifat cemburu yang kuat. Jika dia keluar, dia akan menutup seluruh pintu rumahnya sehingga tidak ada seorang pun yang boleh menemui keluarganya sehingga dia kembali ke rumah.

Di suatu hari, Nabi Daud pergi ke luar. Istrinya lalu mengunci rumahnya. Tiba-tiba ada seorang lelaki berdiri di tengah-tengah ruang rumah. Kemudian istri Nabi Daud bertanya kepada orang-orang yang ada di dalam rumah itu, “Dari mana lelaki ini masuk, padahal pintu rumah telah ditutup? Demi Allah, Daud pasti akan marah.”

Setelah itu Nabi Daud pulang dan terus menemui lelaki yang berdiri di tengah-tengah rumahnya itu. Nabi Daud bertanya kepadanya, “Siapa kamu?”

Lelaki itu menjawab, “Aku adalah orang yang tidak pernah takut kepada para raja dan tidak ada yang mampu menghalangiku?”

Maka Nabi Daud berkata, “Demi Allah, engkau adalah Malaikat Maut. Saya ucapkan Selamat datang.”

Lalu Nabi Daud berjalan dengan cepat ke lokasi di mana dia akan meninggal dunia. Ketika Nabi Daud meninggal dunia, matahari pun terbit. Nabi Sulaiman berkata kepada burung-burung, “Naungilah Daud!” Lalu burung-burung itu pun menaunginya sehingga bumi menjadi gelap.

Nabi Sulaiman berkata pada burung-burung itu, “Peganglah kepak demi kepak.” (Riwayat Ahmad no. 9422)

Menurut para ulama keuntungan dari mengingat kematian, diantaranya adalah:

1. Semangat dalam beramal sholeh

2. Bertaubat kepada Allah

3. Qana’ah

4. SEGERA BERTAUBAT

Allah ﷻ berfirman,

‎وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” (Ali ‘Imran/3: 133)

Ibnu Al-Qayyim رحمه الله mengatakan,

‎أَنَّ الْمُبَادَرَةَ إِلَى التَّوْبَةِ مِنَ الذَّنْبِ فَرْضٌ عَلَى الْفَوْرِ، وَلَا يَجُوزُ تَأْخِيرُهَا، فَمَتَى أَخَّرَهَا عَصَى بِالتَّأْخِيرِ

“Bersegera untuk bertobat dari perbuatan dosa adalah (wajib fauri) kewajiban yang harus disegerakan dan tidak boleh ditunda. Apabila seseorang menunda tobatnya, sejatinya dia telah berbuat dosa dengan perbuatannya menunda-nunda tersebut.” (Madarijus Salikin 1/283)

5. MEMPERBANYAK AMAL RAHASIA (SIRR)

Di antara amalan yang dapat membantu husnul khotimah adalah dengan memperbanyak amalan sirr, yaitu amalan rahasia yang orang lain tidak mengetahuinya. Maka dari itu, Rasulullah ﷺ bersabda,

‎مَنِ اسْتَطَاعَ أَنْ تَكُونَ لَهُ خَبيئَةُ مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ

“Barang siapa yang mampu untuk memiliki amalan saleh yang tersembunyi, maka lakukanlah.”

(HR. Abu Dawud no. 112 di dalam kitabnya Az-Zuhd dan An-Nasa’i no. 11834 di dalam As-Sunan Al-kubra mauquf kepada Az-Zubair bin Al-‘Awwam t . Disebutkan di dalam Munad Asy-Syihab no. 434 1/267 bahwa riwayat tersebut disandarkan langsung kepada Rasulullah)

Karena di antara sebab orang terjerumus ke dalam suul khatimah adalah melakukan amalan buruk yang tersembunyi. Sebaliknya, orang yang ingin meraih husnul khotimah, hendaknya melakukan amalan baik, yang orang lain tidak mengetahuinya dan hanya Allah ﷻ yang mengetahuinya.

Rasulullah ﷺ bersabda dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu,

‎فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا

“Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh salah seorang dari kalian melakukan amalan penduduk surga, sehingga jarak antara dia dengan surga adalah sehasta, lalu takdir mendahuluinya, maka dia melakukan amalan penduduk neraka, lalu masuk ke dalam neraka. Sesungguhnya salah seorang dari kalian melakukan amalan penduduk neraka, sehingga jarak antara dia dengan neraka adalah sehasta, lalu takdir mendahuluinya, maka dia melakukan amalan penduduk surga, lalu masuk ke dalam surga.” (HR. Ibnu Majah no. 76 dan disahihkan oleh Al-Albani)

6. BERUSAHA SEMAKSIMAL MUNGKIN UNTUK TIDAK MENZALIMI ORANG LAIN.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata, Nabi ﷺ bersabda,

‎وَاتَّقِ دَعْوَةَ المَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

“Takutlah kepada doa orang yang dizalimi, karena antara dirinya dengan Allah tidak ada penghalang.” (HR. Bukhari no. 1496)

Diriwayatkan dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

‎مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا، مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِثْلُ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِم

“Tidak ada satu dosa yang Allah segerakan untuk menurunkan hukuman bagi pelakunya di dunia dan yang disisakan di dalam akhirat, seperti perbuatan zalim dan memutuskan tali persaudaraan.” (HR. Abu Dawud no. 4902 dan disahihkan oleh Al-Albani)

7. BERBUAT BAIKLAH KEPADA ORANG LAIN.

Dalam hidup ini kita berusaha mencari pahala dari sisi manapun yang bisa kita lakukan. Ketika bertemu dengan istri, 'bagaimana kita bisa mencari pahala dengan bermuamalah dengan istri?', bermuamalah dengan anak, berniat mencari pahala dengan menasehati, mengobrol, menemani. Atau ketika bermuamalah dengan pembantu atau ketika bermuamalah dengan teman.

Jangan batasi kebaikan dengan hanya sholat, pergi ke mesjid, mengaji, bersedekah tapi cari pahala dari yang sisi terdekat.

Diriwayatkan dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah ﷺ bersabda,

‎صَنَائِعُ الْمَعْرُوفِ تَقِي مَصَارِعَ السَّوْءِ

“Perbuatan-perbuatan baik akan menjaga seseorang dari kesudahan-kesudahan (wafat) yang buruk.” (HR. Ath-Thabrani no. 6086 dan di sahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ As-Shaghir no. 3795 2/707)

Di dunia ini kita harus punya proyek akhirat yang harus diselesaikan karena kita tidak tahu kapan kematian itu datang. Betapa banyak ulama yang Allah wafatkan dalam keadaan belum menyelesaikan kitabnya, atau sedang merevisi hadist-hadist. Kita? Jangan sampai kita mati, tidak punya proyek akhirat sama sekali, atau lebih buruk lagi? Mati dalam keadaan sedang berbuat maksiat. Na'udzubillah.

📝 @flevr___ | بنت علي

drinkwatersoon
3 months ago

Heal, so when somebody tries to love you – you let them.

drinkwatersoon
3 months ago

Dua Kebiasaan yang Penting Sebelum Menikah

Ada dua kebiasaan yang menurut saya penting buat mulai dibiasakan sebelum memutuskan berumah tangga; 1) Biasakan untuk mengembalikan barang setelah menggunakan, dan 2) Kalau lihat sesuatu yang nggak seharusnya (lantai kotor, ruang tamu berantakan, dsb), segera ambil tindakan.

Berumah tangga itu tidak sesederhana berbagi peran, 'ini tugasmu, ini tugasku', tetapi juga tentang bagaimana membangun kesadaran bersama bahwa, untuk mencapai tujuan bersama, rumah tangga yang harmonis misalnya, wajib didasari kepekaan dan tanggung jawab bersama untuk mewujudkannya. Setiap anggota keluarga.

Jika setiap anggota keluarga, tersekat pada tugas dan tanggung jawabnya masing-masing tanpa adanya kesadaran dan kepedulian untuk membantu satu sama lain, harmoni dalam rumah tangga tidak akan tercapai. Begitulah yang Umi ajarkan.

Kenapa dua aktivitas tersebut menurut saya penting?

Mengembalikan barang ke tempat asalnya tidak hanya soal menjaga nilai estetika rumah, melainkan ada makna mendalam tentang tanggung jawab dan kepedulian. Ketika kita memahami bahwa setiap barang memiliki tempatnya, kita belajar bahwa segala sesuatu di dunia ini bekerja dengan harmoni ketika berada pada 'fitrahnya' atau posisinya yang semestinya.

Saat sesuatu keluar dari fitrahnya, ia sering kali menjadi penyebab kekacauan atau kerusakan. Contohnya, barang yang tidak dikembalikan bisa mengganggu kenyamanan, menciptakan kekacauan, dan memicu konflik kecil dalam rumah tangga. Hal ini bisa menjadi pengingat bahwa kealpaan kecil dapat berdampak besar jika tidak segera ditangani.

Lalu, kebiasaan segera bertindak saat melihat sesuatu yang tidak semestinya adalah latihan untuk meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Hal ini penting karena berumah tangga bukan hanya soal “melakukan tugas yang sudah ditetapkan”, tetapi tentang berkolaborasi untuk menciptakan kenyamanan bersama. Ketika kita terbiasa mengambil inisiatif, kita menunjukkan bahwa kita peduli terhadap kebutuhan setiap anggota keluarga.

Pada akhirnya, pelajaran utama dari kedua habit di atas adalah bahwa harmoni rumah tangga tercapai bukan melalui pembagian tugas yang kaku, tetapi melalui sikap proaktif, kepedulian, dan rasa tanggung jawab bersama. Membangun kebiasaan seperti ini sebelum menikah adalah investasi penting untuk masa depan yang lebih baik, menurut hemat saya.

Kebiasaan sederhana tapi punya pelajaran yang mendalam bukan? ^^ Oiya, tulisan ini saya buat random aja, baru balik ngadep monitor pengen nulis ini aja sebagai pengingat dan agar terus isqtiqomah menjalankannya :D

drinkwatersoon
8 months ago

Aku mulai ngerti, kenapa Rasulullah nggak over-reacting saat orang-orang yang menyebabkan traumanya terus menerus melakukan hal-hal yang men-trigger "alarm" emosi itu. Jawabannya, kata Ust. Nouman Ali Khan, adalah tahajjud.

Ada banyak emosi yang terus menerus diarahkan kepada Rasulullah. Makian, kemarahan, perendahan harga diri, pembunuhan orang tersayang, tuduhan tidak benar, pemboikotan satu kaum, penganiayaan verbal dan fisik, serta perilaku biadab lainnya, nggak mungkin hal-hal kaya gitu nggak meninggalkan bekas trauma.

Aku, kalau jadi Rasulullah, kayanya nggak tahan untuk tetap diam. Kita sama-sama tahu, Rasulullah juga manusia, punya hati dan emosi untuk merasakan. Tapi kenapa, hal-hal traumatis itu nggak jadi penyakit hati? Nggak jadi bikin pengen balas dendam?

Rasulullah rutin me-release semua rasa sedih, rasa nggak terima, rasa pengen membalas, dan kemarahan itu dengan tahajjud. Beliau juga rutin membersihkan dirinya dari penyakit hati dengan istighfar. Beliau mampu menahan diri dari ledakan emosionalnya. "Alarmnya" nggak sesenggol bacok itu sebab ditahan oleh pemahaman yang baik tentang Allah dan manusia, dan hatinya tidak sempit karena ucapan-ucapan manusia.

"Tahajjud itu ibadahnya da'i dan orang-orang shalih."

Kenapa? Shalih artinya lurus, konsisten. Benar pikirannya, benar ucapannya, benar tindakannya. Ketiganya selaras dan sinkron, dan da'i memang seharusnya begitu. Mereka tidak akan mengucapkan apa yang tidak mereka perbuat.

Dan itu dimulai dengan tahajjud, yakni ibadah yang dilakukan di saat sendiri. Saat kita memang hanya ingin dilihat oleh Allah saja. Kalau udah jujur kepada Allah, artinya akan punya integritas untuk kemudian jujur dalam tindakan-tindakan yang akan dilihat manusia, sehingga meskipun tindakannya dilihat manusia, mereka tidak melakukannya untuk mengesankan manusia.

Maka diam itu benar-benar emas ketika hati ingin menjelaskan berlebihan hanya untuk membersihkan nama baik kita. Ketika kita mungkin ingin mengeluarkan muntahan emosional yang justru kadang malah merugikan martabat kita. Hanya orang-orang yang bertahajjud yang mampu tetap menahan diri dan memelihara kehormatannya saat satu dunia menyalahpahami dan mendzoliminya.

Diamlah, biarkan kekuasaan Allah yang bicara untuk meluruskan pemikiran dan ucapan orang lain yang bengkok. Diamlah, yang terpenting adalah kedudukanmu di hadapan Allah, bukan di hadapan manusia. Diamlah, manusia tidak menginginkan penjelasan darimu, tetapi Allah senantiasa menginginkan perbaikan darimu. Manusia mencemarkan nama baikmu sedangkan Allah selalu menjaga aib-aibmu.

— Giza, kali ini tolong lanjutkan perjalanan sambil hanya ingin dilihat Allah

drinkwatersoon
9 months ago

Book Review: 7 Habits of Highly Effective People

“Saya lagi nyoba jadi seorang mindful minimalist. Artinya saya bakal nyoba buat nyederhanain semua hal yang ada di hidup saya. Saya mau mulai nyoba ngeefektifin apa-apa yang ada di dalam hidup saya itu, kira-kira buku apa ya yang cocok buat ini?”

Stephen R Covey di bukunya yang berjudul The 7 Habits of Highly Effective People nyebutin ada 7 kebiasaan pribadi yang efektif. Apa aja emang? Be Proactive, begin with the end in mind, put first thing first, thinking win-win, seek first to understand then to be understood, synergize, sama sharpen the saw.

1. Reaktif vs Proaktif

Orang reaktif: coba aja saya punya koneksi kenceng. mungkin saya bakal sharing tentang minimalisme di podcast

Orang proaktif: saya masih bisa sharing minimalisme di IG, terus di design biar lebih menarik

2. Begin with The End in Mind

Pas ngebangun rumah, sebelum kita peletakan batu pertama kan kita pasti dah tau pengen kaya gimana ya rumahnya nanti. Gimana interiornya, mau berapa tingkat rumahnya, ada berapa kamar, dan lain-lain. Ini contoh begin with the end in Mind yang dimaksud.

3. Put First Thing First

Pernah denger empat kuadran skala prioritas ga? ya penting medesak dll. Nah katanya orang efektif itu ga ngabisin waktu di kuadran penting dan mendesak malah, tapi ia bakal prioritasin di kategori penting dan tidak mendesak. Mereka lebih ngehargain hubungan sama orang lain kebanding deadline-deadline tugas.

4. Thinkin WIn-Win

Pas negosiasi, orang orang efektif itu ngambil solusi yang nguntungin kedua belah pihak (win/win), gak menang kalah (win/loose), kalah menang (loose win), apalagi kalah kalah (loose/loose). Kalau pun gak menang menang, pilihannya gak ada kesepakatan.

5. Seek First to Understand, then to be Understood

Pas kita komunikasi sama seseorang, kita harus mendengarkan dengan tujuan buat memahami, bukan membalas. Soalnya bisa jadi kacamata yang kita gunain pas nge respon (tanpa memahami) gak cocok sama masalah yang dihadapin oleh lawan bicara kita.

6. Synergize

Orang yang efektif itu bakal nyoba nge sinergiin kelima kebiasaan sebelumnya. Mereka berfokus ke empat kemampuan dasar unik manusia, motif menang/menang, sama keterampilan mendengarkan yang baik.

7. Sharpen The Saw

Kebiasaan nomor tujuh ini ngeluangin waktu buat ngasah gergaji. Kebiasan ini ningkatin aset terbesar kita, yakni diri kita. Ada empat dimensi yang tercakup: mentak, fisik, sosial/emosional sama spiritual. Kuncinya itu belajar - berkomitmen - melakukan.

Sebenernya ada juga katanya the 8th habit, tapi buat sementara itu dulu deh soalnya habit ke delapan ini ada satu buku yang ngebahas. semoga next time kita bisa review. Semoga nambah insight baru (walaupun ini buku lama sih), dah ah merci beaucoup and thanks for having a beautiful mind.

drinkwatersoon
9 months ago
Tahun 2019 Lalu Pernah Buat Ini. Tapi Nyesel Cuma Sampe Bulan April :( Pas Dibaca Hari Ini Ternyata Se-memorable
Tahun 2019 Lalu Pernah Buat Ini. Tapi Nyesel Cuma Sampe Bulan April :( Pas Dibaca Hari Ini Ternyata Se-memorable
Tahun 2019 Lalu Pernah Buat Ini. Tapi Nyesel Cuma Sampe Bulan April :( Pas Dibaca Hari Ini Ternyata Se-memorable
Tahun 2019 Lalu Pernah Buat Ini. Tapi Nyesel Cuma Sampe Bulan April :( Pas Dibaca Hari Ini Ternyata Se-memorable

tahun 2019 lalu pernah buat ini. tapi nyesel cuma sampe bulan april :( pas dibaca hari ini ternyata se-memorable itu :”) gaperlu penjelasan panjang-panjang untuk me-recall ingatan. cukup satu-dua-tiga suku kata udah cukup menggambarkan setiap harinya. coba lagi, yuk, bulan depan. di akhir tahun baru diposting. jadi keliatan deh apa yang sudah dilaku dan dirasa setiap hari selama setahun. biar punya rekam jejak. biar setiap hari punya headline-nya sendiri-sendiri. agar tak ada yang luput dari istilah sabar dan syukur setiap harinya walau hidup se-roller coaster dan se-surprising itu. 도전!

drinkwatersoon
9 months ago

Kalibrasi Life Purpose

Pernah saya membuat life purpose karena saya yakin saya ini istimewa, dilahirkan ke dunia untuk sebuah tujuan besar. Kemudian saya belajar bahwa keistimewaan seseorang bukanlah bawaan lahir, tetapi hasil kerja keras yang terarah dalam waktu yang lama. Saya pun menyadari bahwa dengan kerja terkeras sekalipun, saya belum begitu istimewa, sebab banyak yang kapabel untuk bekerja lebih keras-lebih cerdas dari saya. Maka ini tidak menjadi alasan yang kokoh untuk membangun life purpose.

Pernah saya membuat life purpose karena saya haus akan aktualisasi diri. Saya ingin menjadi seseorang yang penting, signifikan, yang menciptakan dampak, karena saya ingin. Kemudian saya belajar, mungkin ini adalah bentuk egoisme terselubung. Seolah positif, seolah demi orang lain, padahal sesungguhnya ini adalah tentang “aku”.

Dalam kalibrasi life purpose terkini, saya ingin life purpose saya disandarkan pada sesuatu yang lebih sederhana dan lebih tidak membebani, namun sustainable. Saya ingin agar life purpose ini menjadi tiket saya untuk bahagia di akhirat. Life purpose yang nilainya bisa mengalahkan segunung bahkan selautan dosa-dosa saya.

Untuk itu, layaknya membangun aset dan memilih investasi, saya mempertimbangkan beberapa faktor yang perlu ada dalam proyek pencapaian life purpose ini, yaitu:

1. Dampaknya scalable dan sustainable. Luas, masif, bahkan berlanjut antar-generasi.

2. Menjawab masalah fundamental kehidupan masyarakat modern. Menghadirkan manusia-manusia yang lebih sehat, lebih cerdas, lebih kuat ekonominya.

3. Bertumbuh dengan sangat cepat, self-sustain, dan suatu saat akan menjadi sangat besar.

Sedikit-banyak, saya on the track saat ini. Tetapi saya menduga bahwa apa yang saya kendarai saat ini bukanlah kendaraan yang paling optimal untuk life purpose ini. Sesekali pikiran saya menjelajahi berbagai kemungkinan masa depan; saya bisa membayangkan skenario-skenario yang lebih ideal lagi, namun masih tak nampak jalan-jalan menuju ke sana.

Well, I guess the best thing I can do right now is to excel at things I do. Maybe I’ll see the way when the time is right.

drinkwatersoon
9 months ago

#SelfDevelopment 5 : How to Deal With Problems

#SelfDevelopment 5 : How To Deal With Problems

Problem

Setiap orang pasti punya yang namanya masalah, bahkan dari sudut pandang agama Islam, dalam Q.S. Al-Ankabut : 2, Allah sampaikan :

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?”

Maka dapat dikatakan bahwa masalah adalah ‘teman hidup’ kita, ia akan terus ada, akan terus bersama, hadir dari waktu ke waktu, bentuk ke bentuk lainnya. Tidak ada seorang yang hidup tanpa diberikan masalah. Sebab, Allah jelaskan pada ayat selanjutnya, Q.S. Al-Ankabut : 3

“Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”

Atau dalam ayat lain, yang menerangkan salah satu esensi adanya masalah hidup, dalam Q.S. Al-Mulk : 2

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Jadi dari dua ayat diatas kita dapati kesimpulan bahwa, alasan Allah memberikan ujian kepada manusia adalah untuk :

Untuk menyeleksi benar atau dusta seorang hamba.

Memberi kesempatan menujukkan sebaik-baik amal.

Ketika kita sudah memahami konsep diatas, bahwa adanya masalah adalah sebuah keniscayaan, lantas…

Bagaimana kita akan menghadapinya?

Yap, pertanyaan itu penting, sebab yang membedakan setiap orang yang diberikan masalah atau ujian adalah dari bagaimana cara mereka dalam menghadapinya.

Saya coba beri tips, semoga bermanfaat!

#SelfDevelopment 5 : How To Deal With Problems

Pertama, adalah dengan menerimanya. Kita perlu mensyukuri kehadirannya. Berlapang dada dan tersenyum karenanya. Sebab ini bentuk 'cinta’ dan 'kepedulian’ dari-Nya.

Nggak masuk logika? Ya begitulah cinta dan kasih dari Yang Maha Penyayang. Logika manusia akan sangat kepayahan dalam menafsiri setiap bentuknya.

Cukup meyakininya bahwa dalam kehadirannya selalu menyimpan sesuatu yang akan indah dan istimewa pada waktunya.

#SelfDevelopment 5 : How To Deal With Problems

Kedua, analisa dan belajar.

Setelah kamu berdamai dengannya, maka akan memudahkanmu dalam mengenalinya, pertanyaan yang bernada evaluasi seperti“Kenapa ya aku yang dikasih ini dan bukan orang lain saja?” menjadi penting. Sebab darinya akan kamu dapati, betapa beruntungnya kamu.

Terus coba mengenalinya sedalam dan sebaik mungkin. Sebab dengan mengenalinya setidaknya kamu sudah menyelesaikan setengah darinya.

#SelfDevelopment 5 : How To Deal With Problems

Ketiga, take them with you atau bisa diintepretasi sebagai jadikan dia sebagai teman belajarmu, ajak dia, biarkan dia membersamaimu, menjadi teman yang memberikan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, sikap, dan tindakan yang akan kamu ambil, yang nantinya akan berdampak untuk tidak hanya hari ini saja, tapi juga besok dan seterusnya.

#SelfDevelopment 5 : How To Deal With Problems

Keempat, sembari mengenali, berjalan perlahan coba sedikit demi sedikit kamu pecahkan, kamu coba selesaikan itu, memang tidak mudah, harus ada usaha yang tidak kenal lelah. Itu membutuhkan dorongan semangat, yakin akan kemampuan diri dan sesuatu indah di akhir nanti.

Jika tidak bisa menggunakan satu cara, pakai cara lain, dst. Sampai batu yang besar itu perlahan menipis, terbelah kemudian hancur dan disaat itulah kamu sadari bahwa kamu menjadi pribadi yang semakin kuat, kekar, tahan banting atas semua tempaan selama ini, dari kado yang Allah kasih ke kamu, bukan orang lain.

Maka, jangan menyerah di tengah jalan, tidak ada usaha yang sia-sia. Semua usaha, yang dilengkapi dengan tawakal pada-Nya, selalu akan menhadirkan sesuatu yang indah pada akhirnya. Yakinlah.

Semangat, siapapun kalian yang hari ini seddang diberi kado indah itu dari-Nya! (งˆ▽ˆ)ง

All pics : @alexmaesej

drinkwatersoon
9 months ago

my February’s book: Failosophy by Elizabeth Day

image

ngomongin soal kegagalan, di buku ini saya belajar bahwa kegagalan bisa dilihat dengan perspektif yang baru. gagal tuh gapapa. semua orang pernah gagal, and it’s normal. kita gak boleh menertawakan, menganggap remeh atau menganggap sepele kegagalan orang lain. boleh jadi kegagalan orang lain itu no big deal buat kita tapi buat orang lain it’s a big deal. it’s a painful experience. sebaliknya, boleh jadi kegagalan yang kita alami itu big deal, tapi nyatanya gak berlaku di orang lain. kenapa? karena kita dalam kapasitas dan kondisi yang beda-beda. kita terbentuk dari starting point dan pengalaman yang berbeda. jadi wajar kalau reaksi kita terhadap berbagai macam jenis kegagalan juga akan berbeda. so don’t look down on others.

di buku ini saya juga belajar gimana seharusnya kita memaknai sebuah kegagalan. how to embracing failure melalui The Seven Failure Principle. kita akan diajak memaknai bahwa banyak banget banget hal di luar kontrol kita. in the end of the day, kita emang harus berdamai dengan itu semua. menerima.

sering banget kegagalan yang menjatuhkan atau traumatic datang dari kejadian yang unpredictable. sering juga kita malu dengan kegagalan yang kita alami saking pahit dan menyakitkannya sampai gamau dibahas-bahas lagi. padahal salah satu cara embracing kegagalan sekaligus menghilangkan rasa malu terhadap kegagalan tersebut adalah dengan talk about it. ceritakanlah bagian yang ‘patah’ itu. setiap diri kita pasti butuh waktu, entah singkat atau panjang, semua kegagalan pasti butuh waktu untuk diproses. cuz if you feel pain, that pain is a fact. and we don’t have to feel better immediately.

terakhir, ada salah satu kalimat favorit saya dari buku ini: “…..failure does not have to be alienating. in truth, it is the opposite: it connects us all. it makes us human.” kita lebih sering terhubung dengan satu sama lain karna sama-sama pernah mengalami kegagalan bukan sama-sama pernah mengalami kesuksesan. meski dalam bentuk dan timing yang beda-beda, persamaan dalam kegagalan itulah yang membuat kita saling erat tersambung dan utuh sebagai manusia.

image
drinkwatersoon
9 months ago
Kalo Hidup Lagi Sibuk-sibuknya, Atau Justru Lagi Kosong-kosongnya, Coba Berhenti Sejenak

Kalo hidup lagi sibuk-sibuknya, atau justru lagi kosong-kosongnya, coba berhenti sejenak

Lalu pikirkan visi jangka panjang

Bukan satu tahun ke depan, tapi satu “alam” ke depan

Renungkan dan jawab tiga pertanyaan ini, karena jawabannya akan menentukan visi hidup kita

1. Apa kebaikan yang ingin kamu bawa setelah mati?

2. Apa kebaikan yang kamu ingin tetap ada meski kamu tidak ada?

3. Apa yang ingin orang ingat saat melihat nisan kamu nanti?

Kita akan memperjelas jalur kebaikan apa yang ingin kita fokuskan. Keburukan apa yang ingin kita tinggalkan.

Dampak apa yang ingin kita ciptakan. Legacy apa yang ingin kita wariskan

Kalo kata Steve Jobs, “remembering that I’ll be dead soon is the most important tool I’ve ever encountered to help me make the big choices in life”

Saat mati, semua ga akan ada harganya lagi

Kecuali kebaikan yang kita alirkan dan dampak yang kita tinggalkan

Selamat memikirkan kematian

Semoga dengannya, kita bisa lebih baik dalam merayakan kehidupan — view on Instagram https://ift.tt/gbQmB3o

drinkwatersoon
9 months ago

“The winner is the one who sells his world for his hereafter.”

— Ali ibn Abi Talib (Radhiallahu Anhu)

drinkwatersoon
9 months ago

Maximizer Menjadi Satisficer

Ada dua tipe orang dalam mengambil keputusan.

Pertama ada tipe maximizer. Maximizer ingin memastikan keputusan yang diambilnya adalah yang paling optimal diantara pilihan yang ada.

Di sudut lain, ada tipe orang satisficer. Satisficer mengambil keputusan yang good enough pada saat itu. Tidak perlu paling ini dan itu, yang penting cukup.

Saya sampai di titik kehidupan ini sebagai maximizer. Banyak hal baik yang saya dapatkan dan syukuri karenanya.

Tapi, jujur saja, menjadi maximizer itu melelahkan. Tidak jarang saya overthinking untuk mengambil keputusan yang mestinya simpel (seperti celana olahraga mana yang paling bagus dengan harga tertentu yang bisa saya dapatkan di marketplace?).

Saya menemukan satu teknik untuk meredam tendensi maximizer saya, yaitu dengan mengingat kembali gambaran besar dari yang ingin saya capai.

Contohnya, saya ingin membeli celana olahraga.

Alih-alih membaca sebanyak-banyaknya review orang, saya bisa mengingat apa yang ingin saya capai dengan membeli celana olahraga ini?

"Saya ingin jogging keliling komplek dengan nyaman dan percaya diri (ngga ngejeplak, dll)."

Ok, maka celana mana pun yang bisa memenuhi itu, dalam rentang harga yang sudah saya tentukan, cukup. Ambil keputusan dan eksekusi.

Sekian.

drinkwatersoon
10 months ago

Dunia Kerja

Rahasia umum kalau dunia kerja itu penuh dengan drama, pressure, politik kepentingan, circle²an, pokoknya banyak hal yang out of the box.

Untuk terbebas dari semua hal rumit itu kamu hanya perlu fokus dengan dirimu sendiri, fokus dengan apa yang dapat kamu kendalikan, tanggung jawabmu, serta perlakuanmu kepada orang lain.

Selebihnya bukan tanggung jawabmu; respon orang lain, sikap orang lain, kamu tidak bertanggung jawab akan hal itu.

Satu pesan pentingnya adalah; jangan pernah ikut andil dalam ghibah, terlepas dari apapun alasannya.

Suatu kemustahilan ketika kamu inginkan ridha dari semua manusia. Tak akan bisa.

Sesederhana meluaskan hati, memanjangkan sabar, menjaga lisan, fokus dengan apa yang ingin dicapai, dan itu CUKUP:)

Datang - Kerja - Pulang - Lupakan.

Dan tak lupa, tanamkan mindset ini:

1. Jangan berharap apapun dari tempat kerjamu. Lakukan saja tugasmu dengan baik dan sukai pekerjaanmu.

2. Bersikaplah netral dan sewajarnya, karena sikap too much akan membuat mereka sewenang-wenang, seolah tak ada batasan apapun.

3. Jangan meludahi sumur tempatmu minum. Sesederhana kalau sanggup lakukan, kalau tidak silahkan resign~

Rumit yaa, namun begitulah realita kehidupan dewasa. Semoga kamu kuat yaaa!

drinkwatersoon
10 months ago

“They may not have loved you, but they did change you. They taught you. They grew you.”

— Bianca Sparacino

drinkwatersoon
10 months ago

Tanda Seseorang Sudah Selesai dengan Dirinya Sendiri (Self Acceptance)

Apa itu self acceptance/ selesai dengan diri sendiri? Self-acceptance, atau penerimaan diri, adalah sikap menerima dan mengakui segala aspek dari diri sendiri, termasuk kekurangan, kekuatan, kelemahan, dan keunikan tanpa menghakimi atau merasa perlu mengubah diri untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Beberapa poin yang menjelaskan konsep self-acceptance:

Menerima Diri Apa Adanya: Self-acceptance berarti menerima diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Ini termasuk menerima penampilan fisik, kepribadian, emosi, dan pengalaman hidup tanpa merasa malu atau bersalah.

Mengakui Kekurangan: Mengakui bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan itu adalah bagian dari menjadi manusia. Self-acceptance berarti tidak merasa minder atau rendah diri karena kekurangan tersebut, melainkan menerima dan berusaha memperbaikinya dengan bijak.

Tidak Menghakimi Diri Sendiri: Berhenti menghakimi diri sendiri secara negatif atau keras. Seseorang yang menerima diri sendiri akan berbicara kepada dirinya sendiri dengan cara yang penuh kasih dan pengertian, sama seperti berbicara kepada teman baik.

Menghargai Diri Sendiri: Menghargai diri sendiri atas siapa diri kita, bukan hanya atas apa yang kita capai. Ini berarti menghargai nilai-nilai, prinsip, dan keberadaan diri sendiri.

Menerima Masa Lalu: Self-acceptance juga melibatkan menerima masa lalu, termasuk kesalahan dan kegagalan, sebagai bagian dari perjalanan hidup yang membentuk siapa kita saat ini.

Memiliki Pandangan Positif Tentang Diri: Membangun pandangan positif tentang diri sendiri, di mana seseorang melihat dirinya secara seimbang, menghargai kekuatan dan berkomitmen untuk memperbaiki kelemahan.

Mengurangi Perbandingan Sosial: Tidak terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain. Self-acceptance berarti memahami bahwa setiap orang unik dan perjalanan hidup masing-masing berbeda.

Ketenangan Batin: Dengan menerima diri sendiri, seseorang akan merasa lebih tenang dan damai secara batin, karena tidak lagi berjuang melawan diri sendiri atau mencoba menjadi orang lain.

Self-acceptance adalah dasar dari kesehatan mental dan emosional yang baik. Dengan menerima diri sendiri, seseorang bisa hidup lebih autentik, menjalani hidup dengan lebih bahagia, dan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Tanda Seseorang Sudah Selesai Dengan Dirinya Sendiri Tanda seseorang sudah selesai dengan dirinya sendiri (self-acceptance) dapat terlihat dari berbagai aspek, antara lain:

Penerimaan Diri: Mereka menerima diri mereka sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihan tanpa merasa perlu menyembunyikan atau mengubah siapa mereka untuk menyenangkan orang lain. Meski begitu, tetap butuh untuk instropeksi dan mengembangkan diri bagi perbaikan dan kebaikan.

Ketenangan Batin: Mereka memiliki ketenangan batin dan tidak mudah terganggu oleh kritik atau pendapat negatif dari orang lain.

Mandiri Emosional: Mereka tidak bergantung pada orang lain untuk merasa bahagia atau berharga. Kebahagiaan dan rasa harga diri mereka berasal dari dalam diri.

Tujuan Hidup yang Jelas: Mereka memiliki tujuan hidup yang jelas dan bekerja menuju tujuan tersebut tanpa merasa tertekan oleh ekspektasi eksternal.

Keberanian Mengambil Keputusan: Mereka berani mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai dan keyakinan mereka, meskipun keputusan tersebut tidak populer atau didukung oleh orang lain.

Relasi yang Sehat: Mereka memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain, dimana mereka bisa memberi dan menerima dengan tulus tanpa merasa terbebani.

Kepercayaan Diri: Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan yakin akan kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan hidup.

Tidak Membandingkan Diri dengan Orang Lain: Mereka tidak merasa perlu membandingkan diri mereka dengan orang lain dan fokus pada perjalanan hidup mereka sendiri.

Kemampuan Menghadapi Kegagalan: Mereka melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar dan tumbuh, bukan sebagai cerminan dari nilai diri mereka.

Keseimbangan Hidup: Mereka mampu menjaga keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan waktu untuk diri sendiri, serta mengelola stres dengan baik.

Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda ini, bisa dikatakan bahwa mereka telah selesai dengan diri mereka sendiri dan mencapai tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup yang tinggi.

drinkwatersoon
10 months ago
🥀

🥀

drinkwatersoon
10 months ago

Yaa Rabb, jemputlah aku disaat aku dalam keadaan mencintaimu sedalam-dalamnya..

drinkwatersoon
11 months ago

Seberapa dekat dirimu dengan Al-Qur'an?

Salah satu dari sekian banyaknya kebaikan yang didapatkan dari dekatnya diri dengan Al-Qur'an adalah hati bisa menjadi lembut, dan hati yang lembut senantiasa dalam penjagaan Allaah, baik dalam bertutur kata maupun dalam perbuatan. Allaah tuntun untuk senantiasa berada dalam kelembutan.

Orang-orang yang menjaga kedekatannya dengan Al-Qur'an, maka bentuk keindahan dan ketenangan Al-Qur'an akan terpancar dari ucapan dan perbuatannya.

Ini bukan tentang penghafal Al-Qur'an. Tapi, tentang siapa yang dekat dengan Al-Qur'an, siapa saja yang berusaha tidak melepaskannya dalam sehari, walau hanya beberapa ayat saja.

Seberapa dekat dirimu dengan Al-Qur'an? Jika engkau selalu berusaha untuk tidak melewatkan hari tanpa membaca Al-Qur'an, maka bersyukurlah, bisa jadi engkau sudah menempatkan Al-Qur'an semakin dekat denganmu.

"Tidak kah kita malu, Allah beri 24 jam, dan tidak ada sedikitpun dari waktu itu kita gunakan untuk membaca Al-Qur'an?" —Syaikh Ali Jaber rahimahullah,

Meski hafalan Al-Qur'an kita hanyalah secuil saja, semoga Allaah senantiasa memberi kita taufik untuk terus membaca Al-Qur'an dan atau mempelajarinya setiap hari, membaca artinya dan meresapi maknanya. Aamiin Allaahumma Aamiin

—Mks, 10 dzulhijjah 1445

drinkwatersoon
1 year ago
اللهم لا تجعل رمضان يمر كالريح. قُدِّر لنا التطهير، غيّرنا

اللهم لا تجعل رمضان يمر كالريح. قُدِّر لنا التطهير، غيّرنا للأفضل، اغفر لنا ذنوبنا، وقربنا إليك

𝘠𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘢𝘩, 𝘥𝘰𝘯’𝘵 𝘭𝘦𝘵 𝘙𝘢𝘮𝘢𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘴𝘴 𝘭𝘪𝘬𝘦 𝘢 𝘸𝘪𝘯𝘥. 𝘗𝘶𝘳𝘪𝘧𝘺 𝘶𝘴, 𝘤𝘩𝘢𝘯𝘨𝘦 𝘶𝘴 𝘧𝘰𝘳 𝘵𝘩𝘦 𝘣𝘦𝘵𝘵𝘦𝘳, 𝘧𝘰𝘳𝘨𝘪𝘷𝘦 𝘶𝘴 𝘧𝘰𝘳 𝘰𝘶𝘳 𝘴𝘪𝘯𝘴 𝘢𝘯𝘥 𝘣𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘶𝘴 𝘤𝘭𝘰𝘴𝘦𝘳 𝘵𝘰 𝘠𝘰𝘶.

drinkwatersoon
1 year ago

Jangan lemah.

Jangan lengah.

Jangan kalah.

Perjuangkan

Ramadhan

Terbaikmu!

Ustadz Nuzul Dzikri, Lc. حفظه لله تعالى

drinkwatersoon
1 year ago

Setiap orang tak spesial

Ada 7 milyar lebih penduduk bumi. Aku dan kamu hanyalah buih dari lautan manusia. Tanpa kita, dunia akan tetap berjalan sebagaimana adanya. Tak ada yang spesial dari kita.

Lalu ada yang kemudian kita sebut dengan nilai. Manusia memberikan nilai pada tiap orang yang mereka tahu dan kenal. Kamu bisa bernilai penting bagi sebagian orang, lalu tak penting bagi orang lain. Namun yang utama, kamu harusnya spesial untuk dirimu sendiri. Bernilai tinggi.

drinkwatersoon
1 year ago

Post-Crisis

Post-Crisis

Pandemic covid 19 kemarin dalam konteks manajemen, merupakan bagian dari fenomena krisis. Maka dalam menyikapi organsiasi atau perusahaan di era krisis, manajemen harus menerapkan skema manajemen krisis.

Diantaranya ada 3 tahap : pre crisis, crisis response dan post crisis. Singkatnya, kita sudah mulai memasuki fase ke 3, tugas manajemen pada fase ini harus mulai memikirkan langkah dalam mengakselerasi gerak untuk menutup gap yang terjadi selama krisis kemarin terjadi, yang mempengaruhi banyak sektor.

Salah satu problem dari sudut pandang HR, adalah adanya gejala pandemic fatigue, yaitu kondisi kelesuan/lelahnya SDM akibat tekanan mental di kala pandemi naik begitu pesat, dampaknya adalah tidak sedikit yang mulai terjebak di zona nyaman, seperti media daring sebagai opsi pertama untuk bertemu, padahal dulu alasan diberlakukan demikian, adalah karena pembatasan sosial.

Rapat yang sebenarnya sudah mulai boleh dilakukan secara luring, even masih harus memenuhi protokol, mayoritas memilih untuk online, alhasil luaran dari rapat menjadi tidak optimal. Sebab memonitor dan mengevaluasi peserta rapat saat online susah, apalagi kalau pada pasif, dan lebih-lebih off-cam.

Lantas harus gimana?

Sudah siap dengan skema baru?

Ini penting, mau oeganisasi profit/non profit, organisasi mahasiswa, bahkan organisasi tanpa bentuk sekalipun~

Intinya,

Don't let this crisis becoming a catastrophe!

edisi lagi belajar karena harus ngisi materi berkaitan soal diatas, jadi kudu ditulis biar inget wkwk

drinkwatersoon
1 year ago

Tidak ada yang tersisa kecuali

"Hanya Engkau Ya Allah"

Melalui pengeras suara Mesjid disalah satu wilayah palestina

drinkwatersoon
1 year ago

Arti Cinta dari Seuntai Kalimat “Laa Tahzan Innallaha Ma’ana”.

QS: At-Taubah ayat 40

Ada kalimat menenangkan yang kutemukan di lembaran kitab suci, penuh makna dan mengantarkan jawaban dari segala kekhawatiran. Kalimat ini bukan sekadar kumpulan huruf biasa, namun lebih seperti mantra hidup yang perlu selalu diingat dalam hati, diucap setiap harinya.

Kalimat ini diucapkan Rasulullah pada Abu Bakar saat sedang bersembunyi dari kejaran musuh di Gua Hira.

Ratusan tahun lamanya kalimat ini diucapkan oleh sosok paling berpengaruh di muka bumi, seorang teladan umat manusia yang hidupnya penuh liku perjuangan juga rahmat dariNya.

Kita sebagai ummatnya, terkadang lupa akan keajaiban kalimat ini manakala ujian hidup tak henti mendera, terlebih ketika kita merasa sudah tak lagi bisa menemukan pintu keluar dari pelbagai masalah yang ada. Aku, juga salah satunya. Sempat merasa khawatir sekali dengan masa depan, sempat takut sekali dengan segala ujian yang akan datang. Namun, semua mulai berubah saat aku kembali membaca kalimat ini.

Bahkan Rasulullah saja yang memikul beban risalah kenabian bisa tetap tenang ketika dihadapkan pada ancaman, rintangan, dan halangan. Banyak kisah heroik yang (mungkin bagi kita) menakutkan sekali jika dirasakan langsung; perang, ditahan, diancam dibunuh, dikejar, dilempari kotoran, dan sebagainya. Namun, beliau memberi contoh ketenangan yang luar biasa walaupun di kondisi yang sedang pelik.

Kalimat ini memberikan bukti cinta luar biasa terhadap Allah, sekaligus kepercayaan bahwa Ia akan datang pada waktu yang tepat untuk memberi pertolongan. Sebenarnya sesederhana itu, bukan? Kita hanya perlu yakin bahwa ada Allah yang selalu bersama kita. Ia tidak pernah pergi.

Kepercayaan, di lain sisi memang lah satu dari bentuk dan bukti cinta. Saat kita mencinta, maka kita akan rela memberikan hati dan kepercayaan pada ia yang kita cintai. Begitupun konsep ini dapat diterapkan di konteks cinta antara hamba dan Allah. Dan bukti hidup yang telah membuktikannya adalah Rasulullah sendiri; selepas beliau mengatakan kalimat itu, pertolongan Allah memanglah datang.

Jadi, mengapa kita berlarut dalam kesedihan saat kita tahu bahwa Allah selalu bersama kita? Apa lagi yang perlu kita khawatirkan saat Allah selalu ada di sisi kita?

Semoga kalimat ini bisa terpatri selalu di dalam hati, pikiran, lalu diberikan bentuk nyata dengan tindakan. 🌼

@faramuthiaa

Kairo, 4 September 2022 || 21.45 clt

drinkwatersoon
1 year ago

ANJURAN MENYAMBUNG SHAF DAN ANCAMAN BAGI ORANG YANG MEMUTUSNYA

Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah wa ba'du.

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَقِيْمُوا الصُّفُوْفَ، فَإِنَّمَا تَصُفُّوْنَ بِصُفُوْفِ الْمَلَائِكَةِ، وَحَاذُوْا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ، وَسُدُّوا الْـخَلَلَ، وَلِيْنُوْا فِـيْ أَيْدِي إِخْوَانِكُمْ، وَلَا تَذَرُوْا فُرُجَاتٍ  لِلشَّيْطَانِ، وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللهُ ، وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللهُ

"Luruskanlah shaf (di dalam shalat) kalian sebagaimana bershafnya para Malaikat, ratakanlah pundak-pundak kalian, tutupilah celah-celah, dan berlakulah lemah-lembut terhadap saudara (di sisi kiri dan kanan) kalian. Jangan biarkan satu celah pun untuk setan. Barang siapa yang menyambung shaf, maka Allaah Tabaraka wa Ta’ala akan menyambung (rahmat)Nya, dan barang siapa yang memutuskan shaf, maka Allaah akan memutuskan (rahmat)Nya." [HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai dan lainnya. Lihat Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 495]

Dalam hadis di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan disini:

• Wajib meluruskan dan merapatkan shaf.

• Dianjurkan bershaf sebagaimana shafnya para Malaikat.

• Ratakan pundak-pundak kalian dan rapatkan shafnya.

• Tutup celah dalam shaf, dan tidak boleh renggang.

• Jangan kalian meninggalkan celah-celah bagi setan (jangan renggang shafnya nanti setan akan masuk).

• Barang siapa yang menyambung shaf, maka Allaah sambung rahmatNya, dan bagi yang memutuskan shaf, maka Allah akan putuskan rahmatNya.

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‌مَنْ ‌سَدَّ ‌فُرجَةً ‌بَنَى ‌اللهُ ‌لَهُ ‌بَيْتًا ‌فِي ‌الْـجَنَّةِ وَرَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً.

"Barang siapa yang menutup satu celah dalam shaf, maka Allaah akan bangunkan baginya rumah di Surga dan Allaah akan mengangkatnya satu derajat." [Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1892 dan Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 505]

Hadist ini menjelaskan ganjaran yang besar bagi orang yang merapatkan shaf, mengisi shaf yang kosong, dan mengisi shaf yang renggang dengan balasan Surga dan diangkat derajatnya.

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الَّذِيْنَ يَصِلُونَ الصُّفُوفَ وَمَنْ سَدَّ فُرْجَةً رَفَعَهُ اللهُ بِهَا دَرَجَةً.

"Sesungguhnya Allaah dan malaikatNya mengucapkan shalawat atas orang-orang yang menyambung shaf, barang siapa yang menutup satu celah, maka Allaah akan angkat satu derajat." [Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 501]

Hadis ini juga menjelaskan keutamaan menyambung dan merapatkan shaf, yaitu dengan diangkat derajatnya.

Dalam hadist lain disebutkan: "Orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling lembut bahunya di dalam shalat. Tidak ada pula langkah yang paling besar pahalanya dari pada langkah seorang laki-laki yang berjalan menuju satu celah pada shaf lalu menutupnya." [HR. Al-Bazzar (dengan sanad hasan) dan Ibnu Hibban (Shahiih Ibni Hibban). Lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib, no. 501 dan Ash-Shahiihah, no. 2533]

[Kitab Shalat. Bab: Sujud Tilawah, Sujud Syukur, dan Sujud Sahwi]

Sumber: Buku "Ensiklopedi Fiqh Praktis Menurut Al-Quran & As-Sunnah." Karya Syaikh Husain bin Audah Al-Awaisyah. Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i.

drinkwatersoon
1 year ago

EMPAT KUNCI MASUK SURGA

Surga merupakan tempat impian yang dirindukan oleh orang-orang yang beriman. Di sanalah tempat kebahagiaan sejati, yang tiada lagi kesedihan, kekecewaan, dan penderitaan, seperti yang dialami tatkala hidup di dunia. Bahkan, orang terakhir yang masuk ke dalam surga dan mendapatkan derajat terendah di sana memiliki kenikmatan yang jauh lebih besar dan tiada bandingannya dengan kenikmatan yang ada di dunia yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya, dan belum pernah pula terbetik dalam hati manusia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنِّى لأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولاً الْجَنَّةَ رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ حَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلأَى

فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ عَشَرَةَ أَمْثَالِ الدُّنْيَا

قَالَ فَكَانَ يُقَالُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً

“Sesungguhnya aku tahu (diberi tahu oleh Allaah) siapa orang yang paling terakhir dikeluarkan dari neraka dan paling terakhir masuk ke surga. Yaitu, seorang laki-laki yang keluar dari neraka dengan merangkak.

Kemudian Allaah berfirman kepadanya, ‘Pergilah engkau, masuklah engkau ke surga.’

Ia pun mendatangi surga, tetapi ia ditampakkan bahwa surga itu telah penuh.

Ia kembali dan berkata, ‘Wahai Rabbku, aku mendatangi surga, tetapi sepertinya telah penuh.’

Allaah berfirman kepadanya, ‘Pergilah engkau dan masuklah surga.’

Allaah berfirman kepadanya, ‘Pergilah engkau dan masuklah surga, karena untukmu surga seperti (kemewahan seorang raja) di dunia dan dikalikan sepuluh kali lipat darinya.’”

Kemudian Rasulullah bersabda, “Itulah penghuni surga yang paling rendah derajatnya.” (HR. Bukhari no. 6571, 7511 dan Muslim no. 186, 189)

Dalam riwayat lain disebutkan,

إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً مَنْ يَسْعَى عَلَيْهِ أَلْفُ خَادِمٍ كُلُّ خَادِمٍ عَلَى عَمَلٍ لَيْسَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ

“Sesungguhnya penghuni surga yang paling bawah adalah seseorang yang memiliki 1000  pelayan yang selalu siap melayaninya. Setiap pelayan memiliki tugas yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.” (HR. Baihaqi. Lihat Shahih At-Targhib no. 3705)

Untuk masuk ke dalam surga, tentu ada beberapa tiket atau kunci yang harus dimiliki. Siapa saja yang berhasil memiliki kunci tersebut, maka ia akan masuk surga. Ada empat kunci surga yang diterangkan dalam surat Al-’Asr.

Allaah Ta’ala berfirman,

إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, saling menasihati supaya menaati kebenaran, dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 3)

Pertama, iman yang dilandasi ilmu (agama)

Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu agama, terutama ilmu yang berkaitan dengan tata cara beribadah kepada Allaah dan mengesakan-Nya, juga ilmu yang terkait prinsip syariat-syariat islam, muamalah, halal haram, dan sebagainya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلىَ كُلِّ مَسْلَمٍ

”Menuntut ilmu (agama) wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224)

Tanpa ilmu, seseorang tidak akan tahu bagaimana amalan-amalan agar bisa masuk ke dalam surga dan hal-hal yang menjerumuskannya ke dalam api neraka.

Allaah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunjawabannya.” (QS. Al-Isra’: 36)

Bahkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan orang yang menempuh jalan menuntut ilmu (agama) akan dimudahkan menuju surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allaah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Kedua, amal (menerapkan ilmu)

Setelah seseorang mempunyai dan mengetahui ilmu, maka ia harus bersunggung-sungguh untuk mengamalkannya. Allaah Ta’ala berfirman,

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ لَّهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَنُدْخِلُهُمْ ظِلًّا ظَلِيلًا

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Mereka di dalamnya mempunyai istri-istri yang suci. Dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.” (QS. An-Nisa’: 57)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتىَّ يَسْأَلَ عَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ بِهِ

“Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga dia ditanya tentang ilmunya, apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu tersebut.” (HR. Ad-Darimi no. 537)

Ketiga, dakwah (membagikan/mengajarkan ilmu)

Orang yang pertama kali wajib kita dakwahi dan tularkan ilmu yang sudah didapat adalah keluarga, baru kemudian orang lain. Allaah Ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6)

Dalam firman-Nya yang lain,

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allaah dan mengerjakan amal yang saleh?” (QS. Fushshilat : 33)

Sungguh, masih dalam keadaan merugi orang yang telah mengetahui ilmu agama (kebenaran), akan tetapi ia tidak berusaha menyelamatkan saudaranya dengan mengajak mereka untuk memahami dan melaksanakan Islam dengan benar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kalian, hingga ia senang apabila saudaranya memperoleh sesuatu yang juga ia senangi.” (HR. Bukhari)

Dalam sabda yang lain,

فَوَاللَّهِ لَأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

“Demi Allaah, sungguh jika Allaah memberikan petunjuk kepada seseorang dengan perantara dirimu, itu lebih baik bagimu daripada unta merah.” (HR. Bukhari)

Keempat, sabar (dalam mencari ilmu, mengamalkan ilmu, dan membagikan ilmu)

Pada akhir tafsir surah Al-‘Ashr ini, Syekh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata,

”Maka, dengan dua hal yang pertama (ilmu dan amal), manusia dapat menyempurnakan dirinya sendiri. Sedangkan dengan dua hal yang terakhir (berdakwah dan bersabar), manusia dapat menyempurnakan orang lain. Dan dengan menyempurnakan keempat kriteria tersebut, manusia dapat selamat dari kerugian (neraka) dan mendapatkan keuntungan yang besar (surga).” (Lihat Taisir Karimir Rahman, hal. 934)

Jalan menuju surga itu diliputi dengan hal-hal yang tidak disukai manusia karena manusia itu lebih condong kepada sikap santai dan rehat. Oleh karenanya, sabar diperlukan dalam setiap perjuangan untuk mencari, mengamalkan, dan menularkan ilmu yang didapat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

حُجِبت النار بالشهوات، وحُجبت الجنة بالمَكَاره

“Neraka ditutupi dengan syahwat dan surga ditutupi dengan hal-hal yang tidak disukai.” (HR. Bukhari)

Penulis: Arif Muhammad N

Explore Tumblr Blog
Search Through Tumblr Tags