ANJURAN MENYAMBUNG SHAF DAN ANCAMAN BAGI ORANG YANG MEMUTUSNYA
Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah wa ba'du.
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَقِيْمُوا الصُّفُوْفَ، فَإِنَّمَا تَصُفُّوْنَ بِصُفُوْفِ الْمَلَائِكَةِ، وَحَاذُوْا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ، وَسُدُّوا الْـخَلَلَ، وَلِيْنُوْا فِـيْ أَيْدِي إِخْوَانِكُمْ، وَلَا تَذَرُوْا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ، وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللهُ ، وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللهُ
"Luruskanlah shaf (di dalam shalat) kalian sebagaimana bershafnya para Malaikat, ratakanlah pundak-pundak kalian, tutupilah celah-celah, dan berlakulah lemah-lembut terhadap saudara (di sisi kiri dan kanan) kalian. Jangan biarkan satu celah pun untuk setan. Barang siapa yang menyambung shaf, maka Allaah Tabaraka wa Ta’ala akan menyambung (rahmat)Nya, dan barang siapa yang memutuskan shaf, maka Allaah akan memutuskan (rahmat)Nya." [HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai dan lainnya. Lihat Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 495]
Dalam hadis di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan disini:
• Wajib meluruskan dan merapatkan shaf.
• Dianjurkan bershaf sebagaimana shafnya para Malaikat.
• Ratakan pundak-pundak kalian dan rapatkan shafnya.
• Tutup celah dalam shaf, dan tidak boleh renggang.
• Jangan kalian meninggalkan celah-celah bagi setan (jangan renggang shafnya nanti setan akan masuk).
• Barang siapa yang menyambung shaf, maka Allaah sambung rahmatNya, dan bagi yang memutuskan shaf, maka Allah akan putuskan rahmatNya.
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَدَّ فُرجَةً بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْـجَنَّةِ وَرَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً.
"Barang siapa yang menutup satu celah dalam shaf, maka Allaah akan bangunkan baginya rumah di Surga dan Allaah akan mengangkatnya satu derajat." [Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1892 dan Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 505]
Hadist ini menjelaskan ganjaran yang besar bagi orang yang merapatkan shaf, mengisi shaf yang kosong, dan mengisi shaf yang renggang dengan balasan Surga dan diangkat derajatnya.
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الَّذِيْنَ يَصِلُونَ الصُّفُوفَ وَمَنْ سَدَّ فُرْجَةً رَفَعَهُ اللهُ بِهَا دَرَجَةً.
"Sesungguhnya Allaah dan malaikatNya mengucapkan shalawat atas orang-orang yang menyambung shaf, barang siapa yang menutup satu celah, maka Allaah akan angkat satu derajat." [Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 501]
Hadis ini juga menjelaskan keutamaan menyambung dan merapatkan shaf, yaitu dengan diangkat derajatnya.
Dalam hadist lain disebutkan: "Orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling lembut bahunya di dalam shalat. Tidak ada pula langkah yang paling besar pahalanya dari pada langkah seorang laki-laki yang berjalan menuju satu celah pada shaf lalu menutupnya." [HR. Al-Bazzar (dengan sanad hasan) dan Ibnu Hibban (Shahiih Ibni Hibban). Lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib, no. 501 dan Ash-Shahiihah, no. 2533]
[Kitab Shalat. Bab: Sujud Tilawah, Sujud Syukur, dan Sujud Sahwi]
Sumber: Buku "Ensiklopedi Fiqh Praktis Menurut Al-Quran & As-Sunnah." Karya Syaikh Husain bin Audah Al-Awaisyah. Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i.
Nggak semua kesempatan bisa kita dapatkan, kalau kemudian ada orang yang membukakan atau memberi kesempatan. Kata guruku, coba aja dulu meski kita nggak yakin, kerjakan semaksimalnya kita, soalnya kalau orang lain berani ngebukain dan ngasih kesempatan itu tandanya mereka bisa melihat sesuatu di dalam diri kita yang gak kita sadari, yang kita sendiri juga gak tahu. Tapi, mereka percaya dan berani bertaruh atas kesempatan yang diberikan itu. Cobalah untuk berupaya sekuat tenaga, tunjukkan upaya yang maksimal, karena itu yang bisa kita kendalikan, soal hasil biar urusan nanti. Paling tidak, kita menunjukkan bahwa kita sesungguh-sungguh itu, kita berusaha menjaga kepercayaan yang diberikan, kita nggak sia-siain kesempatan yang udah dibukain, yang udah dikasih.
Sebab, banyak dari mereka yang membuka dan memberi kesempatan itu tidak hanya melihat hasilnya, tapi juga upaya kita. Nggak menutup kemungkinan, besok-besok kita akan terus diberikan kesempatan baru. Kesempatan yang akhirnya membuat kita berkembang melebihi apa yang kita pikirkan selama ini. Karena keterbatasan pengetahuan kita melihat diri sendiri.
Suatu hari kita bisa menjadi orang yang memberi kesempatan, membukakan jalan bagi orang lain. Kalau saat kita, kita sedang dibukakan jalannya. Jangan tutup jalan itu dengan kemalasan, nggak niat ngerjainnya, ngilang, menyalah-nyalahkan orang lain, dan berbagai hal yang membuat pintu kesempatan berikutnya tidak lagi terbuka. Pada kondisi yang tertekan, biasanya orang akan menunjukkan bagaimana respon dan coping mechanism nya. Kalau respon kita merugikan, coping mechanism kita tidak memecahkan masalah. Barangkali sudah cukup. Kapasitas kita memang hanya sedemikian aja, nggak bisa lebih dari itu. Kalau mau lebih dari itu, maka kita harus bisa mengelola diri kita sendiri dengan lebih baik terlebih dahulu.
Kalau kita berharap memegang hal-hal besar, maka risiko - konflik - dan berbagai macam tantangannya akan semakin besar. Kalau ingin berkembang lebih jauh, pasti nggak enak, nggak nyaman, gak menyenangkan sama sekali.
salah satu kejadian sedih hari ini yang pengen aku tulis.
dia, rekan yang bertugas bersamaku menjaga pintu gerbang. saat jam tugas tadi dia gak dateng. aku bertugas sendiri, aku coba chat siapa tau lupa, tapi tidak dibalas. padahal centang dua.
aku kira bakal sedih banget bertugas sendirian. kasian kan aku gak ada temennya. tapi bu M peka banget mau nemenin :)) masyaallah.
pas pulang, dia lagi duduk deket mesin ceklok. pas aku dateng tiba-tiba jadi pendiem. gak nyapa. padahal sehari-hari bertugas bersama 😂 aku coba tanya, di jawab pake suara kecil dan singkat. oh yaudah.
di pinggir jalan, aku lagi nunggu angkot dan dia lewat. aku tau dia udah lihat aku. aku sapa, tapi dia pura-pura lihat kedepan, alias pura-pura gak lihat aku. wkwkw.
aku miris. miris banget sama diriku sendiri.
akhir-akhir ini perlakuan orang-orang ke aku kok jadi berbeda ya. :(
jujur, sesedih ini diperlakuin kayak gitu oleh manusia.
kalau banyak yang kayak gitu ke aku. berarti yang salah aku dong. berarti ada sesuatu di aku dong. tapi jujur aku gak merasa gak melakukan apapun. aku hanya jadi diriku sehari-hari yang seperti biasanya.
tapi kenapa tiba-tiba orang cuek sama aku ya?
aku sampe kepikiran, apa yang salah di aku?
mungkin emang banyak yang salah, aku aja yg gak nyadar.
poor me.
"Allah tidak lagi memberi alasan bagi siapa yang telah dipanjangkan umurnya hingga 50 tahun."
(Hadits Riwayat Bukhari)
Al-Khattabi berkata:
"Maknanya, orang yang Allah panjangkan umurnya hingga 50 tahun, tidak diterima lagi keuzuran/alasan, karena usia 50 tahun merupakan usia yang dekat dengan kematian.
Maka inilah kesempatan untuk memperbanyak taubat, beribadah dengan khusyuk, dan bersiap-siap bertemu Allah."
(Tafsir al-Qurthubi)
Fudhail bin Iyadh berkata kepada seseorang yang telah mencapai umur 50 tahun,
Nasihat Fudhail kepadanya:
"Berarti sudah 50 tahun kamu berjalan menuju Tuhanmu, sekarang hampir sampai... Lakukan yang terbaik pada sisa usia senja-mu, lalu akan diampuni dosa-dosamu yang lalu. Tapi jika engkau masih berbuat dosa di usia senjamu, kamu pasti dihukum akibat dosa masa lalu dan masa kini sekaligus..!"
Maka para alim ulama memberi nasehat cara menjalani umur yang sudah mencapai 50 tahun:
1️⃣ Jangan berlebihan berhias, bersolek, dan berpakaian.
2️⃣ Jangan berlebihan makan, minum, dan berbelanja barang yang kurang diperlukan untuk mendukung amal shalih.
3️⃣ Jangan berkawan dengan orang yang tidak menambah iman, ilmu, dan amal.
4️⃣ Jangan gelisah, berkeluh kesah dan kesal dengan kehidupan sehari-hari. Selalu penuhi diri dengan rasa sabar dan bersyukur.
5️⃣ Perbanyak do'a mengharap keridha-an Allah agar Husnul Khatimah dan dijauhkan dari Su'ul Khatimah.
6️⃣ Tambahkan ilmu agama, perbanyak mengingat kematian, dan bersiap menghadapinya.
7️⃣ Siapkan wasiat dan lakukan pembahagian harta.
8️⃣ Kerapkan menjalin silaturrahim dan merapatkan hubungan yang renggang sebelumnya.
9️⃣ Minta maaf dan berbuat baik terhadap pihak yang pernah didzalimi.
1️⃣0️⃣ Tingkatkan amal shalih terutama amal jariah yang dapat terus memberi pahala dan syafa'at setelah kita mati.
1️⃣1️⃣ Maafkan kesalahan orang kepada kita walau seberat apapun kesalahan itu.
1️⃣2️⃣ Bereskan segala hutang yang ada dan jangan buat hutang baru walaupun untuk menolong orang lain.
1️⃣3️⃣ Berhentilah dari semua maksiat !!!
mata, berhentilah memandang yang tidak halal bagimu.
tangan, berhentilah dari meraih yang bukan hak mu.
mulut berhentilah makan yang tidak baik dan yang tidak halal bagimu, berhentilah dari ghibah, fitnah, dan berhentilah menyakiti hati orang lain.
telinga berhentilah mendengar hal-hal haram dan tak bermanfaat.
1️⃣4️⃣ Berbaik sangka lah kepada Allah atas segala sesuatu yang terjadi dan menimpa.
1️⃣5️⃣ Penuhi terus hati dan lisan kita dengan istighfar & taubat untuk diri sendiri, orang tua, dan semua orang beriman, di setiap saat, waktu dan keadaan.
Semoga bermanfaat bagi kita semua, walaupun Anda belum 50 tahun, karena...
KEMATIAN TIDAK MENGENAL UMUR.
~•~
#GrupWAahlussunnah
sahabatku mengirim pesan singkat " adikku meninggal " , aku ingin menghibur dan menguatkannya.. tapi mendengar berita duka ini membuatku tidak bisa berkata apa-apa selain innalillaahi
🥺🥺 dear my bestie, i feel u so much. aku juga turut berduka. sungguh kabar kematian adikmu juga menjadi cambuk dan nasihat bagiku. umurku, umurmu, umur kita semua... siapa yang tahu sampai mana batasnya selain Dia yang Maha Tahu
sejarah nama akun ini
kepalaku penuh bgt. banyak mikirin kemungkinan-kemungkinan di balik kata Ya dan Tidak.
aku memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan.
Insyaallah aku ingin pulang.
dan aku harus menerima serta bertanggung jawab dengan apapun dampak dari pilihanku yang terkesan impulsif serta tanpa persiapan.
biarkan semesta bekerja untukku. kumohon, aku akan baik-baik saja.
🥺
Ketika hati saya gusar, terganggu akibat suatu peristiwa di luar diri saya, kadang saya teringat dengan kisah sebungkus garam, sebotol air, dan sebuah danau—dengan berbagai versinya. Mungkin kamu juga pernah mendengarnya.
Berikut kisahnya—versi saya.
Seorang santri sedang berjalan bersama ustadznya ke sebuah tempat.
Mendapatkan kesempatan untuk mengobrol, Santri mengadu kepada ustadznya bahwa ia kesal setiap kali membuka media sosial. Pasalnya, ia sering menemukan orang-orang mem-bully kyai dan tokoh-tokoh panutannya yang ia anggap soleh.
Ia juga heran, bagaimana bisa kyai dan para tokoh panutan itu tetap tenang menjalani hidup di tengah segala caci maki, seolah tidak terjadi apa-apa.
Sang Ustadz tersenyum, mengajak Santri melewati sebuah danau yang tak jauh dari tempat tujuan mereka. “Tolong belikan sebotol air mineral di warung itu”, kata Ustadz. “Oh ya, sekalian, satu bungkus garam ya”.
Santri keheranan. Tapi, menduga bahwa ia akan mendapatkan sebuah jawaban, ia penuhi permintaan ustadznya tanpa bertanya.
Tibalah mereka di pinggir danau.
“Ini, Ustadz”, Santri menyerahkan air mineral dan garam yang diminta Ustadz.
Ustadz pun mengambil segenggam garam, dimasukkannya ke dalam botol berisi air mineral, lalu diaduknya sebentar. “Coba, rasakan air dalam botol ini”, kata Ustadz.
Dengan wajah agak meringis, Santri mencicipi air dalam botol itu. “Asin, Ustadz”, katanya dengan ekspresi wajah yang aneh.
Lalu, Ustadz melempar sisa garam yang ada ke danau.
“Sekarang, kamu rasakan air danau ini”, pinta Ustadz.
Santri pun memasukkan air danau ke mulutnya, layaknya berkumur untuk berwudhu. “Mm.. Tawar, Ustadz”, katanya.
Ustadz dan santri kembali berjalan. “Nah.. Botol dan danau ini seperti hati manusia. Ada hati yang begitu sempit, ada pula hati yang luas. Bagi hati yang sempit, sejumlah ujian bisa mengacaukan pemiliknya, layaknya garam yang membuat asin seisi air dalam botol. Tetapi bagi hati yang luas, ujian yang sama mungkin tidak akan cukup untuk mengganggu sang pemiliknya, sebagaimana sebungkus garam yang hilang tanpa meninggalkan rasa di danau tadi.”
Santri pun berefleksi. Pikirnya, mungkin hatinya masih sekelas botol air mineral, sementara hati kyai dan tokoh-tokoh panutannya sekelas danau luas. Ah, saatnya belajar melapangkan hati.
Bisa relate?
Nah, pertanyaannya, gimana cara kita melapangkan hati?
Kapan-kapan kita eksplorasi.
Setiap orang pasti punya yang namanya masalah, bahkan dari sudut pandang agama Islam, dalam Q.S. Al-Ankabut : 2, Allah sampaikan :
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?”
Maka dapat dikatakan bahwa masalah adalah ‘teman hidup’ kita, ia akan terus ada, akan terus bersama, hadir dari waktu ke waktu, bentuk ke bentuk lainnya. Tidak ada seorang yang hidup tanpa diberikan masalah. Sebab, Allah jelaskan pada ayat selanjutnya, Q.S. Al-Ankabut : 3
“Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”
Atau dalam ayat lain, yang menerangkan salah satu esensi adanya masalah hidup, dalam Q.S. Al-Mulk : 2
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Jadi dari dua ayat diatas kita dapati kesimpulan bahwa, alasan Allah memberikan ujian kepada manusia adalah untuk :
Untuk menyeleksi benar atau dusta seorang hamba.
Memberi kesempatan menujukkan sebaik-baik amal.
Ketika kita sudah memahami konsep diatas, bahwa adanya masalah adalah sebuah keniscayaan, lantas…
Bagaimana kita akan menghadapinya?
Yap, pertanyaan itu penting, sebab yang membedakan setiap orang yang diberikan masalah atau ujian adalah dari bagaimana cara mereka dalam menghadapinya.
Pertama, adalah dengan menerimanya. Kita perlu mensyukuri kehadirannya. Berlapang dada dan tersenyum karenanya. Sebab ini bentuk 'cinta’ dan 'kepedulian’ dari-Nya.
Nggak masuk logika? Ya begitulah cinta dan kasih dari Yang Maha Penyayang. Logika manusia akan sangat kepayahan dalam menafsiri setiap bentuknya.
Cukup meyakininya bahwa dalam kehadirannya selalu menyimpan sesuatu yang akan indah dan istimewa pada waktunya.
Kedua, analisa dan belajar.
Setelah kamu berdamai dengannya, maka akan memudahkanmu dalam mengenalinya, pertanyaan yang bernada evaluasi seperti“Kenapa ya aku yang dikasih ini dan bukan orang lain saja?” menjadi penting. Sebab darinya akan kamu dapati, betapa beruntungnya kamu.
Terus coba mengenalinya sedalam dan sebaik mungkin. Sebab dengan mengenalinya setidaknya kamu sudah menyelesaikan setengah darinya.
Ketiga, take them with you atau bisa diintepretasi sebagai jadikan dia sebagai teman belajarmu, ajak dia, biarkan dia membersamaimu, menjadi teman yang memberikan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, sikap, dan tindakan yang akan kamu ambil, yang nantinya akan berdampak untuk tidak hanya hari ini saja, tapi juga besok dan seterusnya.
Keempat, sembari mengenali, berjalan perlahan coba sedikit demi sedikit kamu pecahkan, kamu coba selesaikan itu, memang tidak mudah, harus ada usaha yang tidak kenal lelah. Itu membutuhkan dorongan semangat, yakin akan kemampuan diri dan sesuatu indah di akhir nanti.
Jika tidak bisa menggunakan satu cara, pakai cara lain, dst. Sampai batu yang besar itu perlahan menipis, terbelah kemudian hancur dan disaat itulah kamu sadari bahwa kamu menjadi pribadi yang semakin kuat, kekar, tahan banting atas semua tempaan selama ini, dari kado yang Allah kasih ke kamu, bukan orang lain.
Maka, jangan menyerah di tengah jalan, tidak ada usaha yang sia-sia. Semua usaha, yang dilengkapi dengan tawakal pada-Nya, selalu akan menhadirkan sesuatu yang indah pada akhirnya. Yakinlah.
Semangat, siapapun kalian yang hari ini seddang diberi kado indah itu dari-Nya! (งˆ▽ˆ)ง
All pics : @alexmaesej
seriously, aku capek ketemu manusia-manusia disini 🙂
Kepergian akan dibuat lupa oleh kesibukan, dan nanti sesekali akan diingatkan oleh kesepian.
DDF