Setiap orang pasti punya yang namanya masalah, bahkan dari sudut pandang agama Islam, dalam Q.S. Al-Ankabut : 2, Allah sampaikan :
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?”
Maka dapat dikatakan bahwa masalah adalah ‘teman hidup’ kita, ia akan terus ada, akan terus bersama, hadir dari waktu ke waktu, bentuk ke bentuk lainnya. Tidak ada seorang yang hidup tanpa diberikan masalah. Sebab, Allah jelaskan pada ayat selanjutnya, Q.S. Al-Ankabut : 3
“Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”
Atau dalam ayat lain, yang menerangkan salah satu esensi adanya masalah hidup, dalam Q.S. Al-Mulk : 2
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Jadi dari dua ayat diatas kita dapati kesimpulan bahwa, alasan Allah memberikan ujian kepada manusia adalah untuk :
Untuk menyeleksi benar atau dusta seorang hamba.
Memberi kesempatan menujukkan sebaik-baik amal.
Ketika kita sudah memahami konsep diatas, bahwa adanya masalah adalah sebuah keniscayaan, lantas…
Bagaimana kita akan menghadapinya?
Yap, pertanyaan itu penting, sebab yang membedakan setiap orang yang diberikan masalah atau ujian adalah dari bagaimana cara mereka dalam menghadapinya.
Pertama, adalah dengan menerimanya. Kita perlu mensyukuri kehadirannya. Berlapang dada dan tersenyum karenanya. Sebab ini bentuk 'cinta’ dan 'kepedulian’ dari-Nya.
Nggak masuk logika? Ya begitulah cinta dan kasih dari Yang Maha Penyayang. Logika manusia akan sangat kepayahan dalam menafsiri setiap bentuknya.
Cukup meyakininya bahwa dalam kehadirannya selalu menyimpan sesuatu yang akan indah dan istimewa pada waktunya.
Kedua, analisa dan belajar.
Setelah kamu berdamai dengannya, maka akan memudahkanmu dalam mengenalinya, pertanyaan yang bernada evaluasi seperti“Kenapa ya aku yang dikasih ini dan bukan orang lain saja?” menjadi penting. Sebab darinya akan kamu dapati, betapa beruntungnya kamu.
Terus coba mengenalinya sedalam dan sebaik mungkin. Sebab dengan mengenalinya setidaknya kamu sudah menyelesaikan setengah darinya.
Ketiga, take them with you atau bisa diintepretasi sebagai jadikan dia sebagai teman belajarmu, ajak dia, biarkan dia membersamaimu, menjadi teman yang memberikan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, sikap, dan tindakan yang akan kamu ambil, yang nantinya akan berdampak untuk tidak hanya hari ini saja, tapi juga besok dan seterusnya.
Keempat, sembari mengenali, berjalan perlahan coba sedikit demi sedikit kamu pecahkan, kamu coba selesaikan itu, memang tidak mudah, harus ada usaha yang tidak kenal lelah. Itu membutuhkan dorongan semangat, yakin akan kemampuan diri dan sesuatu indah di akhir nanti.
Jika tidak bisa menggunakan satu cara, pakai cara lain, dst. Sampai batu yang besar itu perlahan menipis, terbelah kemudian hancur dan disaat itulah kamu sadari bahwa kamu menjadi pribadi yang semakin kuat, kekar, tahan banting atas semua tempaan selama ini, dari kado yang Allah kasih ke kamu, bukan orang lain.
Maka, jangan menyerah di tengah jalan, tidak ada usaha yang sia-sia. Semua usaha, yang dilengkapi dengan tawakal pada-Nya, selalu akan menhadirkan sesuatu yang indah pada akhirnya. Yakinlah.
Semangat, siapapun kalian yang hari ini seddang diberi kado indah itu dari-Nya! (งˆ▽ˆ)ง
All pics : @alexmaesej
responku sekarang ketika berada di suasana gak dianggap : senyumin aja.
senyumnya senyum getirr sih, hehehe. tapi lumayan rate kecewanya dan mindernya udah gak separah dulu.
yang jahat bukan mereka, mereka semua orang baik.
ya emang akunya aja yang gak cocok sama mereka.
saya disiniii, di lantai 5 yogya kepatihan, sendiri dan sudah biasaaaa 😊😊
i am really dating my self 🤣
sedang belajar meregulasi kebaperan yang ditimbulkan oleh perlakuan manusia 🙂
aku merasa gak melakukan apa-apa ke orang itu, tapi kenapa ya kayaknya kok benci banget ke aku. keliatan banget dari cara dia liat aku. tapi ya mungkin ada sifat yang melekat di diri aku yang dia gak suka. yaudasih terserah 😏
rasanya pengen ngasih "pandangan gak suka" yang sama ke dia. pengen ngasih tau kalau bukan cuma kamu yang bisa gak suka sama orang, tapi orang juga bisa gak sesuka itu sama kamu. kalau lagi ada di sekitar dia auto tidak merasa nyaman.
tapi aku memutuskan untuk bersikap normal. biasa aja. gak benci gak suka. kalau ditanya olehnya ya aku jawab, kalau dicuekin ya normal. padahal dalem hati gak nyaman bener deket ni orang, kerasa banget vibes kebenciannya. i am still respect her.
apa aku munafik?
kalau benci ya benci, tampakin aja apa yang di dalam hati. apa harusnya gini? dulu aku gini sih, balas balik perlakuan orang.
tapi sekarang, aku ingin menyikapi perlakuan orang dengan lebih bijak, sekali lagi gak semua orang harus suka dan nyaman sama aku, karena aku punya 1000 kekurangan yang mungkin gak aku sadari. karena aku sudah tau bagaimana rasanya diberi pandangan benci/sinis/gak suka, jadi aku gak mau orang lain merasakan apa yang aku rasa. simpelnya, aku berusaha itu tidak membalas perlakuan orang yang aku sendiri gak mau diperlakuin seperti itu.
aku menyebutnya kualitas diri. aku tidak ingin menambah bad side yang bersemayam di diriku. jelek-jelek yang ada pada diri harusnya dikurangin, bukan malah nambah.
lagi belajar untuk jadi sosok yang lebih bijak. semangat ya aku :)
Baca statusnya kak Puty jadi mikir juga.
Dulu, ada temen gue yang baru nikah dan kabur dari kontrakan karena ngambek sama suaminya. Kontrakan dia panas, nggak ada AC dan banyak nyamuk. Sementara suami dia nolak bantuan keuangan dari ortunya dia. Di kost, dia bilang ke gue:
"Gimana kalo gue ntar nggak bisa punya mobil? Gimana kalo gue ntar nggak bisa beli rumah?"
Kadang dunia luar membuat kita gentar dan takut untuk menyadari bahwa kita memang manusia biasa. Nggak semua bisa kita dapatkan.
Hari ini, temen gue udah bahagia dengan suami dan anaknya. Hidup nggak seserem yang dia bayangkan.
Gue, sempet ada cita-cita hidup di kota besar macem New York ato minimal Singapore. Wajar lah ya, cita-cita manusia umur 20 an. Hidup cuma sekali. Bebas aja menginginkan sesuatu.
Tapi belakangan, gue udah bahagia-bahagia aja hidup dengan segala macam kecerobohan dan kekurangan gue.
Kita semua humanbeing 😆 Yha gue percaya manusia ada levelnya. Dalam artian orang kayak gw ya ga bisa disejajarin sama engineer yang pengalamannya banyak banget di Silicon Valley. Tapi toh, setiap tempat ada bahagia dan tanggung jawabnya masing-masing.
Gue dasarnya cuek. Tapi ada masanya juga gue insecure karena ngerasa bodoh. Sekarang? Nggak masalah kalo emang nggak pinter. Di bumi yang berantakan ini, orang bodoh pun masih bermanfaat 😃 Sekedar nggak buang sampah sembarangan aja udah bagus. Ada banyak ladang amal di muka bumi. Kita yang kadang mikirnya kejauhan Belum pernah melakukan hal sederhana tapi udah merasa hidup tidak berguna.
Dulu, pas di Singapore, gue membayangkan bahwa gue bakal sering mengunjungi Orchard Road, Museum atau Universal Studio. Tapi yang paling sering gue lakuin malah menyepi dan membaca buku.
Kemewahan itu benar-benar kebutuhan tersier. Kadang apa yang di kepala kita justeru bukan sesuatu yang benar-benar kita inginkan. Kalau kita tidak berusaha hidup dengan tenang, kita akan sibuk dengan distraksi.
Yang gue takutkan hari ini justeru bukan menjadi manusia biasa. Gue lebih takut kalau hari-hari gue habis untuk mengejar sesuatu yang sebenernya nggak pernah gue butuhkan sampai jiwa gue harus terus menerus kehausan.
Bisa makan makanan hangat pas lagi hujan aja udah cukup. Berpikirlah dengan sederhana. Bersungguh-sungguh sama apa yang kita kerjakan biar kelak nggak ada yang kita sesali. Hiduplah dengan baik Dea, semoga berakhir dengan baik juga ☺
Overwhelmed nyari kado lahiran dari seminggu ya lalu:"
Dear Sisters,
Perempuan, sejak pertama kali Islam diturunkan mendapat kemuliaan dan kehormatan sama dengan laki laki. Islam hadir mengangkatnya dari derajat kehinaan yang dilakukan oleh sesama manusia, pada derajat yang sama dengan laki laki. Dalam islam yang membedakan derajat seseorang bukanlah jenis kelamin, kekayaan, atau pangkat maupun status, melainkan ketaqwaan.
Perempuan, sejak pertama kali Islam diturunkan memperoleh hak nya termasuk hak dalam akses pendidikan dan hak atas intelektualitasnya. Perempuan mengkaji dan mengakses dari sumber yang sama dengan laki laki. Sehingga tidak mengherankan bila muncul sosok sosok, tokoh tokoh muslimah yang karyanya melampaui zamannya.
Namun zaman berganti, hari ini ketika akses informasi terbuka lebar, ketika ilmu yang benar dan salah bercampur baur. Kita kesulitan memilah mana yang benar untuk dijadikan sebagai batu bata yang menguatkan fondasi berpikir dan keilmuan kita. Terlalu banyak perbedaan hingga tak tahu mana yang berbeda tapi sama sama benar, mana yang berbeda salah satunya salah dan satunya benar. Mana yang terkesan sama, namun ternyata berbeda dan menyimpang.
Maka dari itu, hadir untukmu para perempuan sebuah kelas yang di dalamnya kita akan membahas sejarah, karya, dan metode berpikir ulama dan cendekiawan muslimah. Membahas problematika perempuan. Kita juga akan membahas bagaimana konsep ilmu dan filsafat ilmu dalam islam serta bagaimana membangun kerangka keilmuan yang benar menurut Islam.
WOMEN SCHOLARS IN ISLAM
Membangun Pondasi Keilmuan Perempuan
📅 30 Januari - 21 Maret 2021
1 Sesi Studium Generale (Sabtu), 8 sesi pertemuan setiap Ahad
⏰ 07.30-09.30 WIB
🏡 Via app Zoom
Prof. Euis Sunarti
Guru Besar IPB Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga
Ketua GiGa Indonesia
Inisiator Koalisi Nasional Ketahanan Keluarga Indonesia
Dr. Dinar Dewi Kania
S3 Pendidikan Islam dan Pemikiran UIKA Bogor
Dosen Pascasarjana Trisakti dan STID Mohammad Natsir
Peneliti INSISTS
Direktur CGS (Center for Gender Studies)
Dr. Abas Mansur Tamam
Dosen Pascasarjana Pendidikan Islam UIKA Bogor
Dosen Pusat Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Pascasarjana UI
Dr. Alwi Alatas
Master dan Doktoral History and Civilization,
International Islamic University Malaysia (IIUM),
Penulis buku Shalahuddin al-Ayyubi dan Perang Salib III serta 25 buku lainnya
Fahmi Aziz, Lc
Alumnus Ma'had Utsman bin Affan, LIPIA,
Alumnus Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Islam Madinah
Peminat Ilmu Mantiq
Syarat Pendaftaran
• Follow Instagram dan Subscribe youtube frasa
• Membagikan Poster di IG story atau Status Whatsapp
• Membagikan Informasi ini ke 3 Grup Whatsapp
• Mengisi link pendaftaran dan membayar biaya komitmen
Pendaftaran bisa dilakukan di link berikut :
▶️ https://bit.ly/WomenScholars
Sebelum mendaftar, pastikan kamu telah membaca dan memahami tata tertib kelas yang tertera di buku panduan ya
Kurikulum dan Buku Panduan dapat di-download pada:
▶️ https://bit.ly/PanduanWSIFrasa
Biaya komitmen : Rp 100.000,- ke nomor rekening 0698202071 (BNI Syariah) a.n. Ulya Millatina Ralesty
📞CP: http://wa.me/6289530978691 (Risa)
_______
Frasa : Perempuan, Ilmu, dan Rasa
lapor
Pasca aku kirim pesan ke dia pekan lalu dan mengungkapkan kerinduan aku *aelah wkwkwk, amazingly aku sudah gak kepikiran dia lagi sampai sekarang hahahaha.
ternyata bener ya perasaan itu perlu dirilis aja biar tenang 🤣😆
sejarah nama akun ini
Sebuah perkembangan positif di pekan ini:
Alhamdulillah aku sudah berani tidur sendiri dengan mematikan lampu ruangan kamar.
sebelumnya aku tidak berani tidur sendiri dalam kondisi ruangan gelap karena takut. Padahal aku tahu tidur dalam kondisi ruangan terang itu tidak baik untuk kesehatan, beberapa kali aku mencoba tapi beberapa menit saja pikiranku sudah tidak karuan dan tidurku tidak nyaman, alhasil lampu kunyalakan lagi.
Tapi pekan ini aku berhasil :)) terjadi begitu saja.
Trigger nya adalah masalah jerawat di area sekitar alis dan mataku. saat aku mencari tahu, jerawat di area tsb bisa saja disebabkan karena pola tidur yang kurang baik.
Aku langsung mengamini karena memang cahaya terang membuat mataku bertahan untuk tidur lebih larut.
jadi kuputuskan di hari aku membaca artikel tersebut aku langsung menjadwalkan tidur di awal waktu dan mematikan lampu.
mungkin karena aku punya strong why dan strong will untuk melakukannya, aku tidak takut sama sekali tidur sendiri di kamarku yang gelap. Alhamdulillah :)))
dan yang kurasakan, saat bangun aku jadi lebih fresh dan lebih siap menyambut hari yang sibuk.
for my self, you're doing great job 🥺🥺
aku ngerasain banget gimana capeknya menjaga hati manusia, capek untuk selalu berusaha agar manusia bisa selalu seneng sama aku, takut mereka kecewa sama aku, takut mereka marah ataupun dendam.
aku juga kecewa kalau mendapati manusia yg gak menghargai aku, memandang aku sebelah, meremehkan aku.
menjaga hubungan dengan manusia itu sulit banget, apalagi manusia-manusia di luar hubungan keluarga. pengennya dihargai tapi gak mau menghargai.
jujur, aku ngerasa udah banyak mengalah sama manusia-manusia egois di sekeliling aku. tapi pada akhirnya aku mempertanyakan sendiri, buat apasih usaha aku selama ini menyenangkan mereka? toh mereka gak memikirkan perasaanku balik.
tapi setelah dipikir-pikir, karakter manusia emang seperti itu. maybe aku juga pernah jadi sosok antagonis di mata orang lain.