kok aku ngerasa cuma jadi tempat sampah dia doang ya?
gini lho.
kalau dia ada unek-unek, dia bakal nyari aku untuk cerita, ngomong berdua, dan gak boleh ketahuan siapa-siapa.
kalau kita lagi rame, akunya gak dianggap. dicuekin. dibiarin aja.
aku gak ada harganya, dan gak pantes punya temen (?)
responku sekarang ketika berada di suasana gak dianggap : senyumin aja.
senyumnya senyum getirr sih, hehehe. tapi lumayan rate kecewanya dan mindernya udah gak separah dulu.
yang jahat bukan mereka, mereka semua orang baik.
ya emang akunya aja yang gak cocok sama mereka.
saya disiniii, di lantai 5 yogya kepatihan, sendiri dan sudah biasaaaa 😊😊
i am really dating my self 🤣
the only one teman terbaik di tempat kerjaku resign. Hal ini membuatku sedih. Dia adalah teman yang sangat berharga.
Sukses dimanapun th 🙂🙂🥺 semoga Allah selalu menjagamu 🌹
aku jadi notice suatu hal.
kalau lagi sedih, kecewa atau overthinking, aku bakal buka tumblr dan nulis keluh kesahku disini.
berarti udah beberapa hari ini aku gak terbebani emosi negatif yang perlu di-release.
atau emosi negatif itu sebenarnya ada tapi aku mengabaikannya, atau bahkan aku teralihkan oleh hal lain.
dia. kehadiran dia mengalihkan duniaku dan membuatku fokus ke dia untuk sejenak.
hahahaha.
Soundtrack belajar dan nugas
feeling unwanted lagi 🤣🙂
Normalize saying "Let's communicate and fix this together" instead of "That's just how I am".
kepalaku penuh bgt. banyak mikirin kemungkinan-kemungkinan di balik kata Ya dan Tidak.
aku memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan.
Insyaallah aku ingin pulang.
dan aku harus menerima serta bertanggung jawab dengan apapun dampak dari pilihanku yang terkesan impulsif serta tanpa persiapan.
biarkan semesta bekerja untukku. kumohon, aku akan baik-baik saja.
🥺
ketemu sama orang yang kita suka itu penting.
kenapa penting? biar semangat skinkeran 🤣🤣
ya walaupun ketemu dari jauh.
Sore kemarin aku bertemu rekan kerja lama di tempat yang lama. Kami tidak begitu dekat, tapi saat membicarakan pekerjaan, kami bisa nyambung satu sama lain. itu karena aku dan dengannya punya permasalahan yang sama. Aku mengerti posisinya dan dia mengerti posisiku.
semester ini, dia ingin mengikuti jejakku. dia juga ingin resign di lembaga tempat kami ( aku dulu ) bekerja. tapi pemicu resign dia dan aku berbeda.
Aku resign karena alasan idealisme lembaga berbeda dengan yang ku anut, sedangkan dia sudah gerah dengan gaya kepemimpinan kepala cabang beserta keluarganya.
''aku takut, semakin lama aku di tempat itu, aku berubah menjadi orang yang jahat, aku takut jadi sosok paling antagonis disana. karena aku tidak bisa berhenti merendahkan dia. perlakuan dan perkataannya yang ku saksikan setiap hari membuatku tidak bisa membendung itu''
aku hanya mengutip bahasa yang terdengar sopan, cacian-cacian dia yang lain biarlah aku keep sendiri.
Aku tidak tercengang melihat sisi dia yang mengerikan seperti itu, karena aku sudah pernah bermasalah dengan dia. Tapi akhirnya dia mengajak aku bertemu dan menyelesaikan kesalahpamahan kami dengan cara baik-baik dan dari hati ke hati.
Dia orang yang sangat peka dan sensitif. Dia sosok pengamat. Sedikit saja hal-hal yang terjadi yang tidak sesuai dengan standar dia, maka dia akan kegerahan sendiri.
sedikit saja sudah gerah, apalagi banyak.
kami bertemu sore hari sekitar pukul 16.00 sore, dan percakapan kami berakhir saat aku menyadari jarum jam sudah melewati angka 9. obrolan sore kami di kedai ramen tidak terasa berlangsung hingga malam hari.
berjam-jam dia meluapkan segala emosi dan kekesalannya. kritik-kritik yang tidak tersampaikan pada pihak yang bersinggungan dengannya ditumpahkan kepadaku. sebanyak itu, sepanjang itu.
jujur, sehabis bertemu dengannya aku lelah. menjadi pendengar dan menampung emosi negatif dari orang lain itu cukup melelahkan jiwa.
aku hanya bisa semaksimal mungkin bersikap bijak. aku membenarkan tindakannya yang menurutku benar, dan mendiamkan tindakan atau perkataan dia yang menurutku keterlaluan. karena aku tidak bisa menghambat emosi-emosinya. perkataan-perkataan dia yang menyakitkan dipengaruhi oleh kondisi hatinya yang sedang meradang. jadi kuputuskan untuk menjadi tempat sampahnya. kuputuskan untuk mencoba mengerti dia sepaket dengan kepribadiannya.
aku tidak setuju dengan beberapa bagian, jadi aku memberikan pandanganku dengan sangat hati-hati. dia sosok yang unik, tidak bisa diberikan nasehat dengan metode hard selling. karena nasehat yang disampaikan secara blak-blakan hanya akan memantul di gendang telinganya diiringi dengan ekspresi dia yang merendahkan :)
mendengar dia menjelek-jelekkan dan memaki orang lain di belakang. aku menarik sedikit dugaan, orang ini, saat bermasalah denganku dulu, apakah juga mencaciku dengan kejam begini?
aku tidak sanggup mendengar cacian yang ia ditujukan pada orang lain diluar sana, sebenarnya.
aku kasihan dengan orang yang dibicarakan dibelakang ini.
walaupun aib-aib orang tersebut ia sebarkan padaku, aku berusaha untuk tetap bijak dalam menilai orang yang dibicarakan secara sepihak.
aku percaya setiap orang punya sisi baik dan sisi buruk. bijak-bijaklah. jangan terlalu membenci, jangan terlalu menghakimi. mari saling memberi uzur dan memberikan toleransi.
''semoga kamu merasa lebih baik karena merilis emosimu hari ini, semoga kamu bisa mendapatkan tempat yang lebih nyaman walau tidak sempurna'' kataku padanya, semoga menenangkan hatinya.
untungnya percapakan kami tidak seutuhnya bergelombang negatif, karena ditutup dengan love story yang ia ceritakan dengan pancaran mata yang berkilau dan menggebu-gebu.
kuharap hatiku bisa berdamai setelah dengan jahat mencaci diriku sendiri.
kuharap tangisku meredakan sesak yang ada di dadaku.
karena dalam hidup ini, sekalipun ingin menyerah, aku masih ingin berjuang.
itu sebabnya, walau sakit, akan kutahan.
orang-orang meninggalkanku, begitu pula aku sendiri.
miris, diriku menyalahkan diriku.
diriku membenci diriku.
diriku meninggalkan diriku.
maaf :(
apa salah jika aku terus menghindari hal-hal yang membuatku tidak nyaman?
aku bimbang. takut salah langkah. jika kuhadapi dan kuterobos saja segala hal yang membuatku tidak nyaman, apa aku akan baik-baik saja?
aku memilih jalan lebih jauh untuk menunggu angkot di ujung pertigaan jalan daripada jalan langsung ke terminal yang jaraknya lebih dekat. aku benci bapak penjual asongan yang kerap memaksaku menaiki angkot pilihannya. aku tidak nyaman, bukankah aku bebas untuk memilih dan menaiki angkot mana saja? tempatku bekerja dilewati oleh angkot segala jurusan, jadi aku lebih fleksibel dalam menyetop angkot. Tapi bapak penjual asongan ini mengira aku hanya menaiki angkot jurusan tertentu.
ini salah satu contohnya. hal-hal kecil yang membuatku tidak nyaman saja lekas kuhindari, apalagi hal-hal besar?
saat ini aku berpikiran untuk resign dari tempat bekerja. karena aku merasa terkucilkan. aku tidak nyaman dianggap tidak ada.
tapi buat apa aku resign? toh jika berada di tempat baru sepertinya aku akan mendapatkan hal serupa.
karena kejadian seperti ini hanya terus berulang.
kenapa ya?
oiya ada yang salah dariku.
aku orang yang tidak baik. apa aku pantas menerima semua ini karena kelakuanku sendiri?
apa aku jahat?
sejahat itu? sampai tidak ada yang mau duduk disampingku.
jika di hadapan manusia kamu tidak ada artinya, sayang sekali jika di hadapan Rabb mu juga begitu.
dear aku, tidak apa-apa. kamu kuat menahannya. tapi jika ingin menangis, menangislah sekarang. mumpung belum ada yang melihat.
kami menyebutnya kue doko-doko. tampilannya memang biasa, tapi jangan tertipu. teksturnya lembut dan rasanya pisang banget. buatan mamaku tidak ada duanya. aku bahkan nambah berkali-kali.
sebenarnya aku heran, kenapa susu pisang bisa hype banget di korea sana. belum pernah nyoba, tapi bayanganku susu pisang sangat tidak akan cocok di lidahku.
tapi saat mencoba kue doko-doko yang berbahan utama pisang ini, perspective-ku akan susu pisang berubah. bisa kubayangkan pisang akan seenak kue buatan mamaku kalau diolah dengan pas dan kreatif.
doko-doko pisang yang ku post ini adalah kenangan indah di bulan mei kelahiranku kali ini.
terima kasih mama.
i'm here, di dalam bus primajasa jurusan Bandung - bandara soekarno hatta. penerbanganku pada pukul 1 dini hari. Semoga aku tiba tepat waktu.
ada satu momen manis yg ingin kukenang pada hari. Teh Lia terlihat surprised dengan koper besarku. Kata Teh Lia, dia tidak pernah bepergian jauh, jadi dia tidak tau bagaimana rasanya berpergian dengan membawa koper.
"Duh, kamu mau mudik aja udah bikin sedih, gimana kalau kamu pindahan. Teteh bakal sedih banget"
aku terharu mendengar cuitan teh Lia yang terasa tulus sampai ke hati. Aku selalu percaya hati selalu berhubungan dengan hati. Jika tulus, langsung terasa aja gitu.
padahal beberapa hari yang lalu, sambil memaksakan diri untuk menikmati small walking menuju angkot, aku sudah merencanakannya. Aku pikir keputusanku sudah bulat untuk pindah ke kosan yang lebih dekat dengan tempat kerjaku. Walau telah berusaha untuk memikirkan dampak positif dari berjalan jauh dengan beban tas laptop di punggung hanya untuk meraih angkot, pada akhirnya aku tetap saja mengeluh. Kenapa makin hari tempat ngetem angkot tambah jauh? kenapa makin hari ngetemnya semakin tidak berperikemanusiaan? sibuk sekali aku membandingkan perilaku angkot bandung dengan yang ada di jakarta, bahkan dengan daerah asalku. hanya di kota Bandung aku merasakan kekesalan tingkat tinggi karena menunggu angkot ngetem. apalagi 20 menitku yang sebelumnya habis hanya untuk berjalan menuju angkot.
aku sudah menandai calon kosanku yang baru. Setelah lebaran apa aku bisa pindah?
tapi pemikiran itu musnah, manakala mengingat kebaikan-kebaikan dan ketulusan teh Lia. Bagiku teh Lia bukan hanya penjaga kosan pa Masri, beliau lebih dari keluarga di tanah rantau yang sepi nan sendu ini.
makasih teh Lia.
menahan untuk tidak membenci orang = mendamaikan diri sendiri
salah satu kejadian sedih hari ini yang pengen aku tulis.
dia, rekan yang bertugas bersamaku menjaga pintu gerbang. saat jam tugas tadi dia gak dateng. aku bertugas sendiri, aku coba chat siapa tau lupa, tapi tidak dibalas. padahal centang dua.
aku kira bakal sedih banget bertugas sendirian. kasian kan aku gak ada temennya. tapi bu M peka banget mau nemenin :)) masyaallah.
pas pulang, dia lagi duduk deket mesin ceklok. pas aku dateng tiba-tiba jadi pendiem. gak nyapa. padahal sehari-hari bertugas bersama 😂 aku coba tanya, di jawab pake suara kecil dan singkat. oh yaudah.
di pinggir jalan, aku lagi nunggu angkot dan dia lewat. aku tau dia udah lihat aku. aku sapa, tapi dia pura-pura lihat kedepan, alias pura-pura gak lihat aku. wkwkw.
aku miris. miris banget sama diriku sendiri.
akhir-akhir ini perlakuan orang-orang ke aku kok jadi berbeda ya. :(
jujur, sesedih ini diperlakuin kayak gitu oleh manusia.
kalau banyak yang kayak gitu ke aku. berarti yang salah aku dong. berarti ada sesuatu di aku dong. tapi jujur aku gak merasa gak melakukan apapun. aku hanya jadi diriku sehari-hari yang seperti biasanya.
tapi kenapa tiba-tiba orang cuek sama aku ya?
aku sampe kepikiran, apa yang salah di aku?
mungkin emang banyak yang salah, aku aja yg gak nyadar.
poor me.
sedang belajar meregulasi kebaperan yang ditimbulkan oleh perlakuan manusia 🙂
aku merasa gak melakukan apa-apa ke orang itu, tapi kenapa ya kayaknya kok benci banget ke aku. keliatan banget dari cara dia liat aku. tapi ya mungkin ada sifat yang melekat di diri aku yang dia gak suka. yaudasih terserah 😏
rasanya pengen ngasih "pandangan gak suka" yang sama ke dia. pengen ngasih tau kalau bukan cuma kamu yang bisa gak suka sama orang, tapi orang juga bisa gak sesuka itu sama kamu. kalau lagi ada di sekitar dia auto tidak merasa nyaman.
tapi aku memutuskan untuk bersikap normal. biasa aja. gak benci gak suka. kalau ditanya olehnya ya aku jawab, kalau dicuekin ya normal. padahal dalem hati gak nyaman bener deket ni orang, kerasa banget vibes kebenciannya. i am still respect her.
apa aku munafik?
kalau benci ya benci, tampakin aja apa yang di dalam hati. apa harusnya gini? dulu aku gini sih, balas balik perlakuan orang.
tapi sekarang, aku ingin menyikapi perlakuan orang dengan lebih bijak, sekali lagi gak semua orang harus suka dan nyaman sama aku, karena aku punya 1000 kekurangan yang mungkin gak aku sadari. karena aku sudah tau bagaimana rasanya diberi pandangan benci/sinis/gak suka, jadi aku gak mau orang lain merasakan apa yang aku rasa. simpelnya, aku berusaha itu tidak membalas perlakuan orang yang aku sendiri gak mau diperlakuin seperti itu.
aku menyebutnya kualitas diri. aku tidak ingin menambah bad side yang bersemayam di diriku. jelek-jelek yang ada pada diri harusnya dikurangin, bukan malah nambah.
lagi belajar untuk jadi sosok yang lebih bijak. semangat ya aku :)
hai kamu yg sudah mulai dewasa. hihi
ciee mulai paham kalau dimanapun kamu berada kamu bakal ketemu sama orang yg gak sefrekuensi atau cocok sama kamu.
semoga kamu lebih bijak ya
kemarin, mood ku dibuat hancur berantakan oleh orang itu. kegiatan mengajarku malah jadi tidak fokus dan terkesan tidak sabaran.
aku hanya menyesal menjadikan diriku kalah dengan perasaanku. tidak seharusnya perlakuan orang itu mengontrol mood ku hari ini.
iya aku memang sebaper itu.
malah aku ingin memutuskan resign hanya karena malas bertemu apapagi berkoordinasi dengan orang itu.
tapi aku tidak mau dia "mengontrol" hidupku. masa gara-gara dia aku resign. please, dia tidak sepenting itu bagiku.
seriously, aku capek ketemu manusia-manusia disini 🙂
Ahad, 03 April 2022
Alhamdulillah, puasa hari ini berjalan lancar. Menu sahur tadi cukup sederhana, yaitu nasi, sayur sop, tahu goreng dan telur goreng. Sahur perdanaku di bulan ramadan versi 1443 ditemani teh Afi, kami makan bersama di kamar nomor 9 alias di kamarku. Aku sangat senang karena tidak merasa kesepian di hari pertama berpuasa.
Ramadan makin hilang semaraknya. Ada setitik sedih saat menyadari hal ini. Aku tentu senang dengan kedatangan ramadan, hanya saja suasana hangatnya kian meredup. Apalagi sahur pertama sama sekali tidak ada calling dari rumah. Biasanya mama akan sibuk membangunkan anak-anaknya yang sedang berada di perantauan seperti aku. Sempat merasa terlupakan, namun aku berpositif thinking mungkin saja orang rumah sudah sangat yakin kalau aku akan bangun sahur tepat waktu kali ini.
Rindu roomchat yang dihiasi panggilan masuk dari mama. Maafkan Aku yang dulu tidak sigap mengangkat telepon dari mama :(. Ini saat ramadan tahun 2020, Alhamdulillah pada ramadan tahun kemarin (2021) aku berkesempatan berpuasa di rumah bersama mama dan keluarga lainnya.
Selepas salat subuh aku menelpon mama. Kata mama subuh tadi beliau sibuk memasak. Beliau ternyata tidak melupakanku begitu saja. Mama sudah mengingatkan kepada kakakku untuk menelponku, tapi kakak menundanya karena zona waktu di daerahku masih terlalu dini untuk bangun sahur.
Aku sangat senang karena berbicara banyak hal dengan mama lepas subuh tadi. Pandanganku tidak lepas pada video conference yang menampilkan gambar mama di seberang sana. Beliau sebelumnya sedang tadarus sehingga masih berbalut mukenah. Oiya disana matahari sudah terbit, sedangkan di tempatku masih gelap. Aku rindu sekali dengan mama, beliau alasan terbesar yang membuatku selalu galau untuk kembali ke pangkuannya.
Katanya mama sudah tidak bisa lepas dari obat penurun darah tinggi. Usia mama sudah mendekati 60 tahun. Mama semakin tua, wajahnya semakin keriput. Ma, apa aku pulang saja untuk merawat mama? Aku sedih ma saat memikirkanmu. Semoga mama selalu dalam lindungan Allah, semoga mama selalu dalam keadaan sehat. Jika mama bahagia, maka aku juga bahagia ma.
Setelah menutup telepon, aku merasa sangat mengantuk, tapi aku menunggu matahari terbit dulu, rasanya tidak baik melewatkan waktu subuh dalam keadaan tidur.
Sekitar satu jam aku tidur pagi, saat bangun kembali aku langsung mencuci baju dan mandi. Pukul 14.00 aku tidur siang (kebanyakan tidur hari ini huhu).
Saat bangun, aku melihat penampakan sekitar kamarku. Apa ini? kenapa aku ada disini? sendiri tanpa siapa-siapa. di kota yang jaraknya sangat jauh dari rumah, kenapa? :((
Rasanya seperti mimpi berada di kota rantau saat ini. Aku menangis tanpa air mata. Aku ingin pulang. Tetapi kenapa aku masih saja bimbang? Insya Allah aku akan pulang, semoga saat aku pulang aku sudah dalam keadaan siap. Karena kalau sekarang, aku takut hanya akan menjadi beban untuk rumah. Setidaknya saat ini aku dapat mengurus dan membiayai diriku sendiri.
Selama hampir setahun, kegalauan ingin pulang ini mengusikku. Sampai saudaraku lelah mendengar keputusanku yang plinplan dan belum final. Tidak semua keinginanku harus aku penuhi saat ini juga. Tapi jujur aku takut kehilangan momen bersama keluarga, sekaligus takut jika bersama mereka aku hanya akan merepotkan, tapi bukankah akan selalu ada jalan? dimanapun aku berada pasti Allah sudah menjatahkan rezeki, tapi bagaimana jika tidak sesuai dengan yang diharapkan? dunia tidak seindah dan sesederhana bermimpi. Di kota rantau ini aku merasa kesepian, aku butuh bersama mereka, keluargaku.
banyak tapinya kan aku ini? ribet sekali ya aku? apa aku banyak mau?
Ya Allah.
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya .
Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.
Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.
Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.
Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an.
Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu.
Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.
Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu.
Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab. Ia tidak lain adalah Imam Ahmad .
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya . Seperti Ummu Habibah . Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya .
Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya :
“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam ! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu . Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu . Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya . Peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin !”.
Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i .
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman .
Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu .
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak .
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan .
Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani .
Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.
~ Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses . Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu . Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu .
Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri . Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor . Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia .
Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999
Semoga terinspirasi…
✍🏻 WA BIS ( Belajar Ilmu Syar'I Akhwat )
🍂🍃Untuk para ibu dan calon ibu
dua hari menuju ramadan.
suatu hari di angkot warna biru.
"teh, kalau aku tahu training kita gak sepenting itu, aku kayaknya milih gak hadir wkwkwk, aku pengen memanfaatkan waktu bersama keluarga sebelum aku berangkat"
"iya juga sih teh, kalau aku tau, sama. aku juga gak harus bolak balik Bandung-Sumedang pakai travel tiap hari. capek banget pas masa training. tapi aku gak yakin kita bakal sedekat ini kalau dulu gak ketemu pas masa training"
me : iya juga ya teh :))
makasih teh Roem, untuk kebaikan-kebaikannya.
btw teh Roem semester ini bakal resign (dengan izin Allah). sedih bgt. rasanya bakal gak punya siapa siapa lagi di lingkungan sekolah.
tapi itulah hidup. pertemuan dan perpisahan saling mengikat.
semangat ya aku.
sukses dimanapun teh Roem ☺️
Teh Roem, makasih yaa udah mau temenan sama aku. Dimanapun, aku selalu merasa dikucilkan oleh orang-orang. Rasanya gak ada yang mau temenan sama aku. Dianggap tidak ada sudah biasa dan aku gak ekspektasi banyak untuk hal pertemanan.
Kadang aku iri sama teteh, semua orang sayang dan peduli sama teteh. Kenapa ya aku gak bisa kayak teteh ? Hmm tapi teteh emang baik banget sih, gak heran orang-orang look feel comfort with you teh.
Tapi seperti yang kubilang diawal, aku gak ekspektasi bisa punya banyak temen. Karena dari dulu aku gak bisa bergaul sama banyak orang, aku minder karena orang-orang terlihat menjauh dariku.
Teh Roem yang pertama kali menyapa disaat aku gak tau dan gak kenal siapa-siapa, yang selalu gak enakan kalau gak sempet ngambilin makan siang dan makan bareng ( padahal mah gak apa-apa, gak harus setiap saat makan bareng hehe ), teh Roem yang selalu nge-WA " teteh wfh ?" Kalau misalkan aku belum terlihat di ruangan.
Teh, you always support me. You know my worth and always bring positive vibes on me. Hal-hal yang orang lain gak pernah lihat di aku, bisa teteh lihat dan apresiasi.
Teh, makasih sekali lagi 🥺
Teteh bebas mau temenan sama siapa aja, dan aku gak akan ekspektasi apapun dari teteh. Aku gak bisa iri kalau teteh punya banyak orang yang mau temenan dan sayang sama teteh, karena teteh orang baik !
Aku sedih lho teh nulis ini, sedih karena terharu gitu.
Baarakallahu fiik teh, semoga pertemanan kita sampai jannahnya.
Aamiin.
berusaha berdamai dengan status "tak terlihat"
saat aku berada di posisi tidak terlihat dan tidak dianggap, maka pada akhirnya aku hanya bisa menerima posisi itu.
"kamu tidak sepenting itu"
"kamu bukan bagian mereka"
aku harusnya heran, mengapa aku diperlakukan berbeda. tapi aku sadar aku memang tidak seistimewa itu. jadi aku tidak harus mempertanyakan dan mengharap lebih.
kemarin aku positif covid. aku harus isolasi mandiri selama 14 hari di kosan tanpa dirawat oleh siapapun. karena ini tentunya aku tidak bisa melaksanakan tugas mengajar dari sekolah.
kata rekan mengajarku, beberapa guru yang sebelumku terkonfirmasi covid difasilitasi makan siang dan tes swab dari sekolah. mereka begitu diperhatikan. tapi giliran aku yang covid, la kalam wa la salam, alias aku dibiarkan saja. aku hanya diingatkan setelah selesai masa isoman untuk segera masuk ke sekolah.
jujur aku merasa dianak-tirikan. setelah kembali ke sekolah, guru yang selesai isoman akan di tes swab ulang. tapi aku tidak difasilitasi untuk hal itu. saat aku konfirmasikan ke pihak personalia, katanya sama sekali tidak ada koordinasi dari koordinator bahwa aku butuh di swab, makanya aku tidak pernah menerima panggilan.
ya bagaimana aku difasilitasi makan siang kalau bagian personalia dan finance tidak tahu kalau aku terkonfirmasi covid. ternyata pihak yang "itu" sama sekali tidak memberikan konfirmasi pada mereka. saking sibuk?
oh atau mungkin aku dianggap pura-pura covid kali ya. saat pertama kali aku ijin sakit pun responnya meragukanku. seakan-akan sakitku ini dibuat-buat. dia menggampangkan kondisiku. "mau kemana? astaga tunggu sedikit lagi aja, bentar lagi jam pulang kok" mendengar tanggapan ini aku patuh, aku kembali ke UKS dan menikmati pening hebat di kepala. saat pulang, aku memakai sisa-sisa tenaga untuk kembali ke kamar kosanku.
tapi aku tidak ingin memperpanjang prasangka buruk. itu hanya menambah beban pikiranku, dan ya belum tentu maksud mereka seperti apa yang kuprasangkakan. bagaimanapun aku hanya mendengar ucap dan melihat ekspresi, bukan apa yang ada di dalam hati
"tth gak mau menanyakan ke pihak personalia? ya gak adil dong kalau tth gak difasilitasi kemarin isomannya"
"gak usah teh, aku males ngurusinnya. kalaupun yang tidak ada harusnya ada, yasudah aku ikhlasin saja"
aku bukan sekali, dua kali berada di situasi seperti ini.
tapi berkali-kali oleh orang dan tempat yang berbeda.
jadi kuterima hal-hal seperti ini sebagai sebuah takdir yang acapkali mengikutiku. aku hanya perlu meregulasi responku.
tidak bisa dipungkiri, aku tumbuh bersama perasaan tidak percaya diri dan takut keberadaanku tidak diterima.
aku bukan siapa-siapa. bagi mereka aku tidak ada.
aku mungkin tidak suka dengan situasi seperti itu. tapi aku harus bertahan dan berpura-pura semuanya berjalan baik dan normal.
selama orang-orang yang menganggap aku tak terlihat itu tidak menyakitiku secara fisik dan tidak merugikanku secara materi. aku masih cukup kuat menahan perasaan-perasaan "kecil" itu.
untuk materi/hak dalam bentuk "fasilitas isoman", masih cukup ditolerir. hehehe.
ada banyak hal-hal sederhana yang berhasil buatku bahagia, contohnya langit mendung bagaikan susu dan langit cerah dengan arakan awan seperti kapas.
mau langit yang sedang memamerkan kilau-kilau silau ataupun langit yang memilih sendu dengan mendung. dua-duanya selalu berhasil mengundang senyumku.
langit, aku selalu mengagumi kamu yang cukup kupandang dari bawah sini.
Jadi, walaupun aku sedih karena tidak diistimewakan, tidak diingat, dan tidak diprioritaskan oleh manusia, setidaknya aku punya sumber bahagia dari ciptaan Allah yang lain.